Site icon Dunia Perpustakaan

Menengok Fasilitas Perpustakaan Desa di China

Dunia Perpustakaan | China memang sungguh sangat luar biasa. Kecerdasan orang-orang China serta penguasaan China untuk menguasai perekonomian dunia memang sangat luar biasa. Sedangkan kita masih sibuk hanya saling cela bahkan ada yang hingga anti China, walaupun nyaris produk yang dia pakai tak lepas dari produk China.

Namun memang sudah jadi kebiasaan, terkadang hanya sedikit negara termasuk Indonesia yang mau mengikuti apa yang sudah dilakukan oleh Pemerintah China sehingga bisa menjadi negara yang bisa menguasai perekonomian dunia.

Salah satu hal yang menjadi prioritas pemerintah China yaitu membangun fasilitas umum dan pendidikan yang sangat luar biasa. Salah satu fasilitas penting tersebut yaitu fasilitas Perpustakaan.

Di China, Perpustakaan Nasional China dibangun dengan sangat megah dan lengkap untuk memberikan fasilitas kepada warga negaranya untuk belajar dan belajar serta membaca, melakukan penelitian, dan kegiatan pendidikan lainya.

Tidak hanya membangun Perpustakaan Nasional saja, Pemerintah China juga membangun fasilitas Perpustakaan Desa di China yang tersebar di berbagai Daerah.

(Baca juga: Mengintip Kemegahan dan Kenyamanan Perpustakaan Nasional China)

Bahkan yang luar biasa dari China, ketika terjadi Gempa Dahsyat beberapa saat yang lalu dan menghancurkan desa-desa di China, maka selain segera mengembalikan pembangunan desa-desa tersebut, Pemerintah China juga membangun sebuah Perpustakaan Desa yang sangat mengagumkan.

Dikutip dari kompas.com (10/4/14), diceritakan jika sekitar dua tahun lalu, sebuah desa di daerah China luluh lantak akibat gempa bumi besar. Semenjak bencana itu terjadi, Pemerintah China bergerak membangun kembali daerah-daerah korban bencana. Provinsi Yunnan, tepatnya Desa Shuanghe, termasuk salah satu wilayah yang mendapat bantuan Pemerintah China.

“Desa-desa di China umumnya memprioritaskan bangunan rumah di atas ruang dan program komunitas. Meski penting untuk kehidupan pedesaan,” ujar Lin.

Untuk itu, Lin dan Ottevaere dari University of Hongkong menjadi “suplemen” bagi pemerintah dan menyediakan The Pinch di sebuah daerah yang terletak di barat daya China. Tidak hanya mendesain, universitas pun menjadi sponsor penyediaan biaya. Menariknya, proyek ini mendorong kolaborasi antara universitas dan pabrik kayu setempat. Jadi, ada usaha lokal pula yang dirangsang oleh pusat.

“Meski pemerintah menyediakan ruang terbuka bagi rekonstruksi, kami ingin membantu mengenalkan program yang bisa aktif di situs tersebut. Dengan menambahkan perpustakaan, kami menciptakan fasilitas penting publik dan komunal di desa,” jelas Lim.

Hasil proyek pun istimewa, jauh dari kesan bangunan biasa. Perbedaan ketinggian dan kontur tanah yang tidak rata memberikan keuntungan bagi The Pinch. Dataran yang lebih tinggi seolah “dijahit” pada dataran rendah oleh The Pinch. Anak-anak dari dataran yang lebih tinggi bisa meluncur ke dataran rendah dengan atap The Pinch. Atap tersebut meliuk, seolah digulung hingga menciptakan permukaan dengan kemiringan yang pas.

Seperti sudah disebutkan sebelumnya, para arsitek tidak hanya membangun “perosotan”, tetapi sesuatu yang lebih penting. Di bawah “perosotan” tempat anak-anak meluncur, sebenarnya ada ruang seluas 80 m2 untuk perpustakaan. Buku-buku dijejerkan rapi pada rak mengambang yang bertumpu pada plafon. Rancangan interiornya pun sederhana. Di dalam hanya terdapat rak-rak dan kursi-kursi panjang.

Perpustakaan ini hanya dilapisi oleh plastik polikarbonat yang menutupi rangka kayu pada dinding eksterior dan pintu perpustakaan. Plastik membuat sinar matahari bisa masuk dengan mudah ke perpustakaan ini. Sebaliknya, ketika malam hari, perpustakaan ini menjadi semacam lampion yang menerangi sekelilingnya.

Apa yang sudah dilakukan Pemerintah China yang berhasil membangun berbagai fasilitas perpustakaan hingga di desa-desa tentunya perlu dicontoh oleh pemerintah Indonesia untuk membangun fasilitas perpustakaan hingga di tingkat desa dengan kwalitas yang sebaik-baiknya.

Exit mobile version