Site icon Dunia Perpustakaan

Mengenang Bung Karno, Sosok yang Gemar Membaca

Dari gambar ini bisa jadi bukti kecintaan Soekarno dengan Buku

Dunia Perpustakaan | Ir. Soekarno (Bung Karno) sang proklamator dan sekaligus presiden pertama di Indonesia ini adalah sosok pemimpin besar. Putra Sang Fajar ini sangat kharismatik, berwibawa, tegas, nasionalis, hingga revolusioner.

Semangat dan jiwa Nasionalisme tidak pernah pudar saat menorehkan dan memperjuangkan Indonesia hingga menjadi negara yang berdaulat, bahkan menjadi negara yang disegani oleh bangsa lain.

Bung Karno dikenal sebagai salah satu sosok yang menguasai informasi dan pengetahuan demi terwujudnya sebuah negara bangsa, ujar Sekretaris Jenderal Asia Africa Reading Club, Adew Habsta.

Dia mengatakan Bung Karno juga tergolong orang yang membaca segala hal dengan tertib, runut dan berakar pada khazanah budaya bangsanya. Terlebih dalam merumuskan landasan ideal dan pandangan hidup sebuah bangsa.

Hal ini Adew ungkapkan di sela gelaran tadarus buku bertema “Menjadi Bangsa Pembaca” bersama Perpustakaan MPR RI di Bandung, Jumat, seperti dalam keterangan tertulis MPR.

“Dari pengamatan yang mendalam terhadap segala kenyataan zaman saat itu, melalui pembacaan dan pengembaraan yang intens atas teks yang berkutat pada roh kebangsaan, maka dengan sendirinya telah menghimpun pelbagai gagasan pemikiran ihwal yang menjadi landasan kekuatan dalam gerak hidup berbangsa dan bermasyarakat,” tutur dia.

“Dan kehadiran Pancasila kiranya menjadi panduan dalam berpola yang lebih terarah. Bung Karno telah menjadi juru bicara paling jitu untuk kebersatuan negeri yang luas ini,” kata Adew. Yang dikutip dari antaranews.com  [20/05/16].

Menurut dia, menjadi bangsa pembaca dengan kebangkitan nasional mempunyai kaitan yang tentu saja sangat lekat.

“Mana mungkin seseorang akan bangkit, tanpa ada upaya pembacaan atas diri dan lingkungan sekitarnya. Membaca menjadi salah satu cara yg ampuh untuk memetakan diri, menempatkan minat, memunculkan potensi, lebih jauh menumbuhkan motivasi demi prestasi terbaik,” kata penggiat literasi dan kepustakaan di kalangan remaja, pemuda dan dewasa itu.

Selain itu, lanjut dia, tanpa membaca, mustahil semua orang akan mengenal dirinya, pun identitas kebangsaannya.

“Tak ada pilihan lain, jika memang hendak bangkit bersama menuju peradaban yg lebih mulia, maka membaca kiranya menjelma sebentuk ikhtiar yang berkomitmen dan konsisten dalam menjaga diri dan keutuhan tatanan bangsa,” pungkas Adew.

Exit mobile version