Site icon Dunia Perpustakaan

Gadget Sedang Membunuh Para Kutu Buku?

Gadget VS Buku

Dunia Perpustakaan | Membaca dan menyimak judul dari artikel ini, pasti tidak sedikit orang yang akan penasaran dan bertanya; mengapa seperti itu?

Namun, ketahuilah bahwa artikel ini akan coba mengangkat masalah serius yang sedang mengakar dalam keseharian hidup manusia pada abad 21 ini. Sehingga, pada bagian selanjutnya akan dibahas secara detail mengenai;

Dikutip suarapapua.com dari berbagai sumber, Dengan adanya Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang sangat pesat, dapat membawa banyak dampak dalam keseharian hidup manusia.

Entah dampak positif juga negatif bagi para penggunanya. Terlebih khusus, setelah adanya banyak penemuan alat-alat canggih yang sangat sederhana dan memanjakan manusia, antara lain salah satunya adalah gadget.

Gadget adalah sebuah istilah yang berasal dari bahasa Inggris, yang artinya suatu peranti, instrumen atau alat yang memiliki tujuan dan fungsi praktis yang secara spesifik dirancang lebih canggih dibanding dengan teknologi yang diciptakan sebelumnya.

Perbedaan antara gadget dengan teknologi yang lainnya adalah unsur kebaruan dan berukuran lebih kecil, serta sangat mudah dalam pemakaiannya (praktis). Ia bisa dibawa kemana saja dan kapan saja, oleh para pengguna (portable). Sehingga, ia sungguh memanjakan pengguna dalam keseharian hidupnya.

Sebagai contoh: komputer merupakan alat elektronik yang dibuat dalam bentuk gadget, yakni laptop, notebook  ataupun netbook. Sementara, telepon dibuat jadi telepon pintar (smartphone) seperti iphone dan blackberry.

Salah satu fitur terkenal dan paling menarik dari gadget saat ini adalah adanya layanan internet.

Sementara, Kutu Buku menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah orang yang senang membaca dan menelaah buku di mana saja.

Sehingga, sangat jelas, bahwa ia hanyalah sebuah sapaan yang akrab bagi siapa saja yang gemar membaca buku.

Ciri-ciri Seorang Kutu Buku

Berikut ini adalah 10 ciri seorang ‘kutu buku’ yang dirangkum oleh bintang.com, Jakarta, edisi (04/07/2015). Kesepuluh ciri tersebut, antara lain:

  1. Selalu meluangkan banyak waktu untuk membaca ketimbang browsing di Internet dan mengerjakan hal lain yang sifatnya outdoor;
  2. Selalu bawa buku-buku favoritnya kemana pun pergi;
  3. Sering sampai tertidur dengan buku masih di atas kasur;
  4. Selalu sangat tertarik dengan karakter yang ada di dalam buku;
  5. Tidak pernah bosan membaca buku yang sama berkali-kali;
  6. Merasa kesal ketika cerita itu difilmkan, karena mulai dari karakter sampai alur cerita enggak ada yang pernah sama;
  7. Lebih memilih berada di rumah untuk baca buku ketimbang jalan-jalan ke luar bersama teman-teman;
  8. Selama membaca buku itu, seakan tenggelam dalam cerita yang dikisahkan;
  9. Menganggap orang yang enggak suka baca buku adalah orang teraneh sedunia; dan
  10. Setelah selesai membaca satu hanya butuh waktu beberapa saat untuk menikmati sensasi dari kisah dalam buku. Tapi, dengan segera akan mulai membaca buku lain.”

Membaca telah lama dikenal sebagai salah satu aktivitas yang digemari oleh banyak orang. Oleh karena itu, ia selalu dikategorikan dalam kegiatan kegemaran rutin seseorang yang lazim disebut hobi (hobby). Sehingga, bagi orang yang hobi membaca buku, merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam hidupnya.

Baca juga: Makalah Perpustakaan

Meski demikian, kini dengan adanya berbagai merk gadget yang sangat canggih, telah mengubah gaya hidup dari setiap orang. Di mana-mana, kini orang selalu jalan dengan gadget di tangan.

Entah itu di jalan raya, di atas kendaraan, dalam kelas atau tempat belajar, mall, dalam pesawat terbang bahkan di tempat-tempat ibadah; seperti gereja, masjid  dan lain-lain.

Dampak itu pun kini telah terjadi pada para kutu buku, yang notabene keseharian hidupnya selalu bersama dengan buku.

Namun, posisi buku yang selalu ada di genggaman tangannya itu pun telah dirampas oleh sang gadget yang dilengkapi dengan berbagai fitur yang memudahkan pengguna.

Dengan gadget, orang bisa mengakses apa saja, kapan saja dan dari dimana saja. Asalkan ada pulsa paketan, serta jaringan internetnya. Entah mau mencari, membaca, menonton atau pun mengunduh data informasi apa saja yang sedang dibutuhkan.

Caranya tidak susah, cukup hanya ketik kata kunci pada laman google pencarian. Selanjutnya, akan muncul banyak pilihan dan pengguna hanya memilih sesuai dengan kebutuhan saat itu.

Selain itu, gadget kini juga telah dilengkapi dengan banyak aplikasi permainan yang bisa membuat orang kecanduan. Terlebih dengan adanya permainan online (game online).

Di sana tersedia semua jenis permainan, seperti; Point Blank, Ragnarok, Atlantica, Angry Birds, Dragon Nest, AyoDance, Dot.A, Yulgang, Street Dance, Counter Strike, Criminal Case dan lain-lain.

Akhirnya, dengan adanya banyak jenis media jejaring social, juga berpotensi orang lupa akan kewajiban sehari-hari. Jenis media sosial yang sedang ramai digunakan oleh semua orang saat ini, seperti facebook, twitter, bbm, whatsApp, telegram, line, instagram, path, dan lain-lain.

Tentu, kondisi seperti ini sangat berpotensi untuk mematikan kebiasaan orang dengan rutinitasnya. Termasuk salah satunya bagi para kutu buku yang selalu bersama dengan buku, untuk terus membaca.

Betapa tidak mungkin, nyatanya gadget telah memudahkan dalam mengakses semua informasi yang dibutuhkan. Sehingga, semua hal tersebut di atas pasti akan membuat semangat dan etos untuk membaca dari sumber naskah atau buku teks cetakan akan cepat memudar.

Baca juga: Makalah Perpustakaan

Jenis bacaan yang kini terlihat, mulai dilupakan adalah seperti koran, majalah, jurnal hingga buku cetak. Padahal informasi-informasi yang tersedia secara online seringkali tidak akurat.

Dengan melihat indikator perubahan kebiasaan di atas, dapat disimpulkan bahwa benar “Gadget sedang Membunuh Para Kutu Buku”.

Padahal, kita telah ketahui bersama bahwa aktivitas membaca buku sama halnya dengan mengeksplorasi dunia dalam sekejap. Sehingga lazim orang katakan bahwa ‘buku sebagai jendela dunia.’

Dampak negatif dari adanya gadget ini, terjadi tidak hanya pada orang dewasa. Akan tetapi, ia justru sangat nampak dan rawan bagi anak-anak dan remaja. Padahal mereka adalah usia yang sangat potensial dan harapan sebagai generasi penerus bangsa kelak.

Mereka juga boleh dikatakan para calon kutu buku yang akan menjadi korban karena adanya gadget. Hal kekuatiran akan bahaya penggunaan gadget terhadap anak-anak ini telah diungkap melalui berbagai media massa. Komentarnya baik dari perorangan maupun lembaga yang peduli dan berkaitan dengan masalah pendidikan dan kesehatan pada anak-anak.

“Salah satu dampak yang terjadi pada anak-anak sekarang adalah mereka lebih mau diceritakan dibanding cari informasi sendiri. Belum lagi Anak TK sampai SD yang harusnya banyak bibit buat suka baca malah suka main gadget.” Ujar Tiffani salah seorang Jurnalis Senior Indonesia.

Ia juga mengajak agar para orangtua tidak hanya meminta anak belajar dan baca, tetapi juga mengarahkan pada kegiatan yang lebih positif.

Misalnya ajak anak-anak ke toko buku atau perpustakaan supaya mereka tahu. Jangan hanya difasilitasi dengan gadget yang canggih yang buat mereka kecanduan main game.

“Asosiasi Dokter Anak Amerika Serikat dan Kanada menekankan perlunya Anak Usia 0-2 tahun sama sekali tidak terpapar gadget. Sementara anak 3-5 tahun dibatasi satu jam per hari dan dua jam untuk anak 6-18 tahun.

Namun faktanya, anak-anak justru menggunakan gadget 4-5 kali lebih banyak dari jumlah yang direkomendasikan.

Bahkan, seorang dokter spesialis Anak asal Amerika Serikat Cris Rowan mengatakan, perlu ada larangan keras untuk penggunaan gadget pada anak usia dini, yakni anak di bawah 12 tahun.

Hal ini sangat krusial karena sudah banyak penelitian yang membuktikan tentang adanya dampak negatif pada mereka.

Memuat setidaknya ada 10 dampak buruk yang akan dialami oleh anak usia dini akibat kecanduan menggunakan gadget, antara lain:

#1. Pertumbuhan Otak yang Terlalu Cepat

Pada umumnya anak usia 0-2 tahun, pertumbuhan otak mereka paling cepat dan terus berkembang hingga usia 21 tahun. Sehingga, stimulasi lingkungan sangat penting untuk memicu perkembangan tersebut, termasuk bagaimana cara yang bijak untuk menggunakan gadget.

Hal ini sangat vital karena pengaruhnya akan membuat berkurangnya perhatian, gangguan kognitif, kesulitan belajar, impulsif, dan kurangnya kemampuan mengendalikan diri.

#2. Hambatan Perkembangan

Saat menggunakan gadget, anak cenderung kurang bergerak. Hal demikian tentu sangat berdampak buruk dan akan menghambat perkembangannya. Terlebih khusus dalam hal kertrampilan bahasa juga prestasi di sekolah. Beberapa hasil penelitan membuktikan bahwa satu dari tiga anak yang masuk sekolah cenderung mengalami hambatan perkembangan.

#3. Obesitas

Kecanduan dan ketergantungan pada gadget bisa membuat orang kurang aktivitas fisik seperti berolahraga. Tidak hanya itu, mereka juga bisa kurang bersosialisasi dengan lingkungan di sekitar. Sehingga salah satu dampak yang bisa terjadi pada mereka adalah kegemukan (obesitas). Padahal, diketahui bahwa obesitas pada anak meningkatkan risiko stroke dan penyakit jantung sehingga menurunkan angka harapan hidup.

#4.  Gangguan Tidur (Insomnia)

Gangguan tidur (insomnia) bisa dialami oleh siapa saja termasuk anak-anak. Terlebih kepada anak yang suka mengoperasikan gadget di kamar tidurnya. Sebuah studi menemukan bahwa 75 persen anak usia 9-10 tahun yang menggunakan gadget di kamar tidur mengalami gangguan tidur. Hal ini rawan terjadi karena mereka sedang berada di luar pengawasan kedua orangtuanya. Tentu hal tersebut akan berdampak pada penurunan prestasi belajar mereka.

#5. Penyakit Mental

Tidak bisa dipungkiri bahwa menggunakan gadget secara rutin dan berlebihan dapat mengganggu kesehatan mental. Faktanya, ada sejumlah studi menyimpulkan bahwa penggunaan gadget yang berlebihan merupakan faktor penyebab meningkatnya laju depresi, kecemasan, defisit perhatian, autisme, gangguan bipolar, dan gangguan perilaku lainnya pada anak. Tentu dengan adanya gangguan ini akan berpengaruh terhadap kelancaran rutinitas sehari-hari.

#6.  Agresif

Salah satu faktor yang mempengaruhi adanya perilaku seseorang adalah rangsangan yang kuat. Jika terlalu sering menggunakan gadget yang memuat tayangan kekerasan bisa membuat individu yang bersangkutan cenderung agresif. Apalagi, saat ini banyak video game ataupun tayangan yang berisi pembunuhan, pemerkosaan, penganiayaan, dan kekerasan-kekerasan lainnya. Hal demikian tentu akan berpengaruh terhadap setiap sikap dan tingkah laku dalam hidup sehari-hari.

#7. Pikun Digital

Pikun Digital ini adalah sebuah istilah kelainan yang rawan terjadi bagi para pecandu dalam menggunakan barang-barang elektronik seperti gadget. Gejala itu dapat terjadi sebagai akibat dari paling sering menonton media dengan kecepatan tinggi seperti game atau video yang membutuhkan kecepatan dan ketepatan dalam memahaminya. Terlalu sering berkecimpung dengan aktivitas seperti ini bisa mengalami penurunan perhatian, sekaligus daya konsentrasi dan ingatan.

#8. Adiksi

Adiktif atau kecanduan adalah salah satu dampak yang sangat tidak bisa dipungkiri terjadi pada pengguna gadget. Betapa tidak mungkin, disana terdapat banyak kemudahan dan kegemaran. Sehingga, hal tersebut berpotensi membuat mereka tidak bisa hidup tanpa gadget (hidup ketergantungan). Akibatnya mereka bisa lupa dengan semua rutinitas yang lainnya.

#9. Radiasi

Pengaruh radiasi yang dikeluarkan dari gadget sangat berbahaya bagi tumbuh kembang seorang anak. Terlebih khusus pada sistem kerja otak dan daya tahan tubuh yang sifatnya masih belum matang. Hal kekwatiran akan bahaya ini terakhir datang juga dari Organisasi PBB yang menangani bidang kesehatan sedunia (WHO). Mereka mengkategorikan ponsel dalam risiko 2B karena radiasi yang dikeluarkannya.

#10. Tidak Berkelanjutan

Tidak berkelanjutan yang dimaksud di sini adalah menyangkut usia lama tidaknya informasi yang akan ada pada ingatan jangka panjang (long-term memory).

Bahkan ada penelitian membuktikan bahkwa pendidikan yang berasal dari gadget tidak akan lama bertahan dalam ingatan anak-anak. Sehingga, sangat jelas bahwa sebenarnya akses informasi melalui gadget rentang sekali lupa dari pada dari buku cetak.

Setelah membaca dan memahami dampak serius dari penggunaan gadget terhadap para kutu buku di atas, maka selanjutnya perlu dipikirkan tentang bagaimana cara mengatasinya.

Tentu untuk mengubah suatu kebiasaan hidup seseorang, sangatlah susah. Apalagi jika ia sudah menjadi kecanduan (adiktif). Sehingga, ia membutuhkan sebuah pembiasaan yang diawali dengan kemauan yang kuat untuk berubah.

Hasrat untuk mau berubah, harus berasal dari dari setiap pribadi yang bersangkutan. Jika tidak, sekuat apapun paksaan dari orang lain, tidak akan perna efektif dalam mengubah perilaku orang lain.

Namun demikian, pemberian stimuli yang paling sering sangatlah penting guna membangun kesadaran bersama. Oleh karena itu, berikut penulis merangkum ada empat cara sebagai solusi untuk meminimalisir perilaku ketergantungan terhadap gadget yang diadaptasi dari berbagai sumber:

4 Cara untuk Kurangi Ketergantungan Gadget

#1. Kurangi Frekuensi Bermain secara Bertahap

Untuk mengubah sesuatu yang sudah dilakukan secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Apalagi, merubah pola hidup seseorang. Demikian juga dalam hal mengubah intesitas bermain gadget. Sehingga, ia membutuhkan waktu dan secara bertahap.

Berikut ini adalah dua aktivitas yang kiranya dapat membantu dalam tahap pemulihan itu, antara lain:

Pertama;

ajak anak atau pun kita sendiri untuk bersosialisasi dengan teman sebaya atau lingkungan sekitar. Contoh; aktivitas yang bisa ikut ambil bagian, antara lain: mengikuti diskusi, seminar, bedah buku dan kegiatan-kegiatan dari organisasi sosial kemasyarakatan di luar yang sifatnya memberdayakan kita sendiri juga orang lain.

Kedua;

Jika tidak sempat bersama dengan orang di sekitar, maka kita semestinya membuat diri sibuk dengan berbagai aktivitas menarik lainnya. Sederetan kegiatan yang bisa dilakukan seseorang adalah seperti: membaca buku, mengunjungi toko buku, perpustakaan, museum atau mengembangkan kreativitas lainnya yang sesuai dengan bakat dan hobinya masing-masing, misalnya menggambar, melukis, menyanyi, bermain gitar, piano dan lain-lain.

#2. Berikan Hadiah (Reward)

Pemberian apresiasi atau pujian (reward) sangatlah penting untuk membangun rasa percaya diri seseorang. Hal tersebut tidak harus datang dari orang lain juga dalam bentuk barang. Contoh yag sangat sederhana adalah memberian pujian dengan mengatakan ‘luar biasa’, ‘kamu pasti bisa’, ‘lihat akhirnya saya/kamu bisa’ dan lain-lain. Ungkapan-ungkapan tersebut terlihat sederhana, tetapi mereka akan membangkitkan rasa percaya diri seseorang.

#3. Jadilah Panutan

Menjadi model atau contoh bagi orang lain adalah pekerjaan yang tidak mudah. Apalagi ia menuntun orang lain untuk meniru atau mengikutinya. Sehingga, ia harus menjadi idola setiap saat. Jika kaitannya dengan mengubah kebiasaan menggunakan gadget, maka ia harus bijak dulu dalam menggunakannya.

Terlebih bagi orangtua, guru atau pun siapa yang hendak mengajak orang lain untuk berubah. Misalnya, menggunakan gadget saat memang sangat dibutuhkan. Sehingga, orang di sekitar juga merasakan bahwa ternyata media tersebut kita gunakan saat memang kita butuh.

#4. Jangan Beri Anak Gadget

Jika orangtua terhadap anaknya, maka ia harus tegas. Hal ini bukan berarti bahwa orangtua tidak sayang pada si buah hatinya. Akan tetapi, ia justru sebagai manifestasi dari rasa kasih sayang yang sesungguhnya kepada anak.

Salah satunya dengan tidak memberikan gadget kepada anaknya. Dengan demikian tentu anak tidak akan tahu yang namanya gadget. Apalagi dengan segala isi aplikasi yang ada di dalamnya.

Dengan demikian, sangatlah jelas bahwa dengan keempat cara di atas paling tidak akan meminimalisir kecenderungan orang dalam menggunakan gadget. Karena ia terlihat sedang mengacaukan kewajiban seseorang, jika yang bersangkutan tidak bijak dalam memakainya. Termasuk para kutu buku yang rutinitasnya selalu dengan buku. Namun, lambat laun gadget sedang mendominasinya. Sehingga, kesannya ‘Gadget sedang Membunuh Para Kutu Buku.’

Para pencetus dan pengembang teknologi, hampir setiap hari mereka lembur kerja keras ciptakan teknologi dan inovasi untuk memanjakan masyarakat melalui produk bernama gadget dan lainya.
 
Sedangkan mungkin para Pustakawan [sebagian besar/tidak semua] justru hanya masih sibuk SEMINAR, DIKLAT, dan WORKSHOP yang terus berlangsung demi sertifikasi atau sebatas “ceremoni”.
 
Semoga kedepan semakin banyak kampus dan perguruan tinggi yang menciptakan lulusan ilmu perpustakaan dengan PEMIKIRAN dan PENEMUAN INOVASI yang bermutu tinggi untuk menciptakan teknologi dan inovasi untuk tetap memotivasi masyarakat untuk suka MEMBACA apapun medianya….
Exit mobile version