Site icon Dunia Perpustakaan

Menggugah Kesadaran Minat Baca

Menggugah Kesadaran Minat Baca.

Dunia Perpustakaan| Catatan Hari Kunjungan Perpustakaan | Dalam sejarah perjalanan Nusantara Indonesia yang indah ini, ada satu hari yang dikhususkan untuk memperingati betapa pentingnya suatu tempat yang menjadi rujukan penting dalam mencari segala informasi termasuk ilmu pengetahuan dalam berbagai ranah keilmuan demi tujuan mencerdaskan generasi bangsa besar bernama Indonesia. Tanggal 14 September selalu diperingati sebagai Hari Kunjungan Perpustakaan di Indonesia.

Tulisan sederhana ini penulis maksudkan untuk kembali mengingatkan betapa sangat pentingnya peran perpustakaan dalam perjalanan anak bangsa dari Sabang yang indah sampai dengan Merauke yang eksotis. Keindahan yang berpadu dengan eksotisme ini berpadu dan menyatu dalam sebuah tempat penuh makna mendalam tentang hakikat pengetahuan yakni perpustakaan.

Setiap tanggal 14 September berbagai perpustakaan yang ada di bumi Indonesia anugerah Allah Maha Pemurah ini selalu memperingatinya lewat kegiatan-kegiatan yang ada. Contohnya antara lain perlombaan-perlombaan untuk mempromosikan berbagai produk buku serta layanan yang dimiliki termasuk bedah buku dan diskusi buku oleh para penulis tanah air Indonesia.

Semua hal tersebut di atas adalah demi satu tujuan mulia yaitu untuk terus-menerus dan tanpa henti serta tanpa kenal lelah menggugah kesadaran masyarakat ramai dan publik luas terhadap betapa maha pentingnya peranan perpustakaan sebagai salah satu lumbung informasi (penulis juga kerap menyebutnya markas besar informasi), sarana belajar mengajar, dan sekaligus sarana rekreasi ilmiah.

Di Pekanbaru sebagai sentral dan detak jantung Provinsi Riau terdapat 2 perpustakaan megah dan bagus untuk tempat menggali harta karun bernama khazanah pengetahuan. Pertama, Perpustakaan Wilayah Soeman Hs yang berada di bawah naungan Pemerintah Provinsi Riau.

Kedua, Badan Perpustakaan dan Arsip (BPA) Pekanbaru yang berada di bawah struktur organisasi Pemerintah Kota Pekanbaru. Keduanya telah menjadi mata air pengetahuan demi memuaskan dahaga ilmu pengetahuan serta menegakkan peradaban masyarakat Riau dan Pekanbaru.

Pengalaman pribadi penulis menelusuri emas dan intan permata di atas ternyata banyak memiliki buku, majalah, dokumen, arsip, dan sejenisnya yang berhubungan erat dengan perjalanan Provinsi Riau termasuk sejarah panjang masyarakat Melayu dari abad ke abad, dekade ke dekade, dan tahun ke tahun. Sebuah etos serta semangat keilmuan yang mesti dirawat yang tak lekang oleh waktu.

Anomali Perpustakaan di Indonesia

Sayang seribu sayang, di Indonesia negeri 1001 pusat perbelanjaan ini, arti sejati dari perpustakaan berubah fungsi alias melenceng dari yang idealnya. Perpustakaan hanya penuh (dan dipenuhkan) jika ada tugas-tugas dari para guru dan para dosen untuk peserta didiknya dan mahasiswa-mahasiswinya. Dengan kata lain, demi menggugurkan kewajiban semata.

Artinya, perpustakaan penuh bukan dari kesadaran diri untuk ilmu di hati namun hanya untuk mendapatkan nilai yang tidak pernah abadi karena yang kekal abadi adalah karakter kuat seseorang yang menjadikannya, seorang fenomenal nan rendah hati.

Berikutnya, perpustakaan yang semestinya tenang dari segala hiruk pikuk permasalahan-permasalahan yang membelit alias membutuhkan suasana hening sekarang justru dipenuhi obrolan-obrolan khas kedai kopi pinggir jalan yang dilihat dari sudut pandang manapun tidak dapat dimasukkan sebagai kategori ilmiah. Perpustakaan berubah layaknya pasar yang menimbulkan kesan bising sehingga mengganggu ketenangan para pengunjung yang sedang menikmati selancar ria dengan tumpukan-tumpukan buku.

Kemudian, ini dia yang bikin getir dan geleng-geleng kepala. Di perpustakaan masih ada saja yang digunakan oleh muda-mudi untuk menjalin kasih alias pacaran, bahasa mudahnya.

Mabuk dengan perasaan cinta dan keindahan yang menghadirinya ternyata merasuk-rasuk ke dalam hiruk pikuk dunia perpustakaan. Hal yang semestinya dijauhi dan di satu sisi mesti dilarang dengan sangat keras karena dari segi etika dan moral serta norma-norma sosiologi kehidupan, jelas tidak pantas untuk menjadi konsumsi publik. Publik itu bernama para pengunjung perpustakaan.

Lebih ironis lagi, perpustakaan yang semestinya menjadi sentral peradaban manusia dari zaman dulu hingga masa kini, justru nasibnya kian terpinggirkan dan hanya dilihat (baca: dipandang) jika para pembesar negeri serta hulubalang setianya mengadakan seremoni-seremoni atas nama hegemoni kekuasaan demi memperpanjang nafsu sesat yang sesaat bernama kekuasaan.

Satu hal yang pasti kekuasaan peradaban manusia modern mesti terus ditegakkan yang salah satunya adalah melalui tetap tegaknya serta tetap kokohnya panggung besar dunia ilmu pengetahuan bernama perpustakaan. Sebuah nirwana yang tak habis ditelan oleh waktu bagi mereka yang memahami dari hati paling dalam makna tak terbantahkan dari perpustakaan.

“I have always imagined that paradise will be a kind of library” _ Jorge Luis Borges

Bermakna manis yaitu ‘‘Aku selalu membayangkan bahwa surga akan seperti perpustakaan.’’ Refleksi buat kita semua, sudahkah kita berkunjung ke perpustakaan?

Penulis: Jimmy Frismanda Kudo Guru Sejarah SMA Darma Yudha, Pekanbaru [sumber: riaupos.co]

Exit mobile version