Site icon Dunia Perpustakaan

SMPN 4 Kota Cirebon Deklarasikan GLS, untuk Tingkatkan Minat Baca

SMPN 4 Kota Cirebon Deklarasikan GLS, untuk Tingkatkan Minat Baca.

Dunia Perpustakaan | SMPN 4 Kota Cirebon telah mendeklarasikan gerakan literasi sekolah (GLS) pada pekan lalu. Gerakan ini sebagai salah satu cara sekolah untuk meningkatkan minat baca dan juga mengembangkan budi pekerti, sehingga bisa meningkatkan trafik akademis para pelajar dan kualitas pendidikan sekolah.

Kepala SMPN 4 Kota Cirebon, Elang Tomy Iplaludin mengatakan, GLS ini merupakan program penerapan dari peraturan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) nomor 23 tahun 2015 tentang pendidikan budi pekerti yang diterapkan di setiap sekolah di Indonesia.

“Jadi sekarang ini anak-anak membaca buku non pelajaran selama 10-15 menit sebelum mata pelajaran dimulai dari hari Senin sampai Jumat. Sedangkan untuk hari Sabtu anak-anak disuruh membaca tafsir al-Quran, hal ini agar selain bisa membacanya, paling tidak anak-anak bisa mengetahui isinya,” ungkap Elang Tommy kepada fajarnews.com, Kamis (8/9).

Ia menjelaskan, dengan dideklarasikannya GLS ini, pihak sekolah ingin membiasakan siswa siswi untuk membaca buku non pelajaran. Gerakan itu akan diterapkan dengan cara membagikan buku paket bacaan berupa dongeng. Hal ini dilakukan karena bacaan tersebut tidak hanya menghibur tapi bisa mendidik juga.

“Bahkan SMPN 4 memiliki salah satu instruktur nasional GLS, yaitu Wakasek Kurikulum, Deni Rachman. Mudah-mudahan adanya GLS ini ada output dan input yang baik, bukan hanya program sesaat, tapi berkesinambungan,” ucapnya.

Ia mengaku, setelah dideklarasikannya GLS ini, pihaknya juga telah menginventarisir buku-buku milik SMPN 4, seperti buku-buku dongeng, cara bertanam dan buku non pelajaran lainnya. Meski memiliki perpustakaan, akan tetappi ruangan perpustakaan sangatlah terbatas.

“Ruangan perpustakaan masih dipakai untuk kelas dulu. Karena pembangunan tiga ruang kelas masih belum rampung. Insya Allah akhir tahun pembangunan ruang kelas akan selesai, dan tentunya juga disertai ada penambahan buku,” katanya.

Ia menuturkan, pihaknya juga mendapatkan himbauan dari pemerintah bahwa lima persen anggaran bantuan operasional sekolah (BOS) harus dibelikan buku. Bahkan pihaknya akan memberikan dukungan terhadap peningkatan kompetisi guru, hal ini untuk mendampingi para pelajar dalam meringkas buku bacaanya.

Namun, lanjut dia, dirinya membutuhkan buku bacaan tentang kebudayaan dan kearifan lokal Cirebon dalam mensukseskan GLS kepada para pelajar SMPN 4. Pihaknya juga berencana untuk mengajukan ke pemerintah untuk memperbanyak buku baca yang berisi untuk mengenal daerah, dari teritorial, budaya, kesenian dan keraton Cirebon.

“Buku-buku tentang Cirebon nantinya bisa diperbanyak dan dibagikan kepada para pelajar. Hal ini kami akan mendorong para pelajar untuk meningkatkan minat baca anak,” ucapnya.

Ia berharap dengan adanya GLS ini, para pelajar bisa menyimpulkan intisari cerita, dongeng dan juga mengetahui bahan-bahan keilmuan. Harapannya GLS ini bukan hanya gerakan semata, akan tetapi ada tindak lanjutnya. Bahkan dirinya berencana berminat untuk mengenalkan legenda dan cerita tentang Cirebon kepada pelajar.

“Saya tidak muluk-muluk paling tidak pelajar SMPN 4 bisa mengetahui wawasan, cerita dan dongen lokal dulu. Baik itu nanti disadur Babad Cirebon, budaya pesisir dan buku Cirebon lainnya. Nantinya setelah digandakan akan dibagikan kepada pelajar baik berupa buku bacaan atau diktat,” pungkasnya.

Exit mobile version