Site icon Dunia Perpustakaan

Urgensi Perpustakaan Dalam Mensukseskan Gerakan Literasi Sekolah

Dunia Perpustakaan | Gerakan Literasi Sekolah | Berikut ini merupakan tulisan yang ditulis oleh Kepala Perpustakaan SMKN 1 Klaten Dra. Daryati yang mengulas terkait dengan Urgensi Perpustakaan Dalam Mensukseskan Gerakan Literasi Sekolah.

Urgensi Perpustakaan Dalam Mensukseskan Gerakan Literasi Sekolah

Dra. Daryati (NIP 196904212007012015)
Kepala Perpustakaan SMKN 1 Klaten

Pendahuluan

Perpustakaan saat ini sudah mulai menunjukkan peran dan fungsinya yang vital. Perpustakaan tidak lagi dianggap sebagai pelengkap namun sudah mulai tumbuh kesadaran bahwa keberadaan perpustakaan dapat menopang kegiatan belajar mengajar di sekolah. Penempatan pegawai bermasalah di perpustakaan juga kian hilang. Hal demikian juga ditandai dengan banyaknya sekolah yang sudah peduli dengan merekrut pengelola perpustakaannya yang sesuai amanat undang-undang perpustakaan no 43 tahun 2007.

Implementasi kurikulum 2013 atau K13 mendorong agar siswa mampu belajar mandiri dengan memanfaatkan sumber-sumber informasi disekelilingnya. Hal ini menjadi peluang bagi perpustakaan untuk mengoptimalkan layanannya dalam memenuhi kebutuhan informasi seluruh warga sekolah. Di dukung lagi dengan Permendikbud No 21/2015 tentang penerapan budi pekerti dengan meluncurkan sebuah gerakan mencerdaskan yaitu Gerakan Literasi Sekolah.

Pada Agustus 2015 Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan telah meluncurkan sebuah gerakan literasi sekolah. Gerakan ini merupakan pengembangan dari  Permendikbud No 21/2015 yang bertujuan untuk membiasakan dan memotivasi siswa untuk mau membaca dan menulis guna menumbuhkan budi pekerti. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud. Mahsun, mengatakan bahwa gerakan literasi sekolah ini bertujuan untuk menumbuhkan motivasi siswa untuk mau membaca dan menulis guna menumbuhkan budi pekerti. Dalam jangka panjang, diharapkan dapat menghasilkan anak-anak yang memiliki literasi tinggi.

Dengan hal ini perpustakaan menjadi tangan panjang dalam menyukseskan gerakan ini. Oleh sebab itu, perpustakaan harus mulai berbenah diri dan bekerja keras untuk meningkatkan pelayanannya agar optimal. Sehingga ketersediaan dan kebutuhan informasi pemustaka dapat dilayani dengan baik.

Gerakan Literasi Sekolah

Selain itu, pengelola perpustakaan juga harus memiliki kompetensi dan skill yang baik agar proses interaksi, komunikasi informasi dapat berjalan maksimal. Sarana prasarana perpustakaan juga menjadi hal yang perlu diperhatikan secara detail. Sebab, kondisi ruang perpustakaan dapat mempengaruhi kenyamanan dan kesan yang menyenangkan. Sehingga pengunjung memiliki kesan baik dan betah berada di perpustakaan.

Namun demikian, masih menjadi keprihatinan kita semua karena tidak sedikit perpustakaan yang masih di kesampingkan fungsi dan peranannya di sekolah. Sehingga kebijakan hingga implementasi dilapangan belum menitikberatkan pada bidang perpustakaan. Penempatan SDM perpustakaan juga belum merujuk pada amanat yang tertuang dalam UU Perpustakaan No 43 Tahun 2007 dan Standar Nasional Perpustakaan.

Gerakan literasi sekolah merupakan bentuk keeriusan sekolah dalam meningkatkan minat baca, minat menulis dan beberapa hal yang berkaitan dengan kegiatan literasi. Seseorang yang telah terbiasa dengan kegiatan literasi ini tentu mampu menelusur, menemukan informasi secara cepat tepat dan akurat.

Selain perpustakaan yang harus berbenah, pengelola perpustakaan juga dituntut untuk memiliki kompetensi dan skill dalam membantu gerakan literasi ini. Selain itu, pengelola perpustakaan juga harus meningkatkan kemampuannya untuk menghadapi arus informasi yang semakin besar.

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, yang menjadi rumusan masalah dalam artikel ini adalah bagaimana upaya perpustakaan dalam membantu menyukseskan gerakan literasi sekolah.

Tujuan

Pembahasan

Dalam Permendikbud No 21/2015 tentang gerakan literasi sekolah terdapat 1 (satu) poin utama dan 1 (satu) poin pendukung yang melibatkan peran serta perpustakaan dalam mensukseskan gerakan ini.

Pertama

Penumbuhan potensi unik dan utuh setiap anak yang meliputi kegiatan wajib menggunakan 15 menit sebelum hari pembelajaran untuk membaca buku selain buku mata pelajaran.

Contoh pembiasaan baiknya adalah Membangun budaya bertanya dan melatih peserta didik mengajukan pertanyaan kritis dan membiasakan siswa mengangkat tangan sebagai isyarat akan mengajukan pertanyaan. Membiasakan setiap peserta didik untuk selalu berlatih menjadi pemimpin dengan cara memberikan kesempatan pada setiap siswa tanpa kecuali, untuk memimpin secara bergilir dalam kegiatan-kegiatan bersama/berkelompok. Warga sekolah memanfaatkan waktu sebelum memulai hari pelajaran pada hari-hari tertentu (dilaksanakan secara berkala dan rutin) untuk kegiatan olah fisik seperti senam kesegaran jasmani. Siswa melakukan kegiatan positif secara berkala sesuai dengan potensi dirinya.

Kedua

Mengadakan pameran karya siswa pada setiap akhir tahun ajaran dengan mengundang orangtua dan masyarakat untuk memberi apresiasi pada siswa. Kegiatan ini dapat menjadi terobosan perpustakaan dalam mendorong berbagai macam kegiatan positif bagi siswa.

Langkah awal yang harus diupayakan adalah berbenah diri memperbaiki segala macam kekurangan serta meningkatkan kualitas pelayanan agar optimal.

Perpustakaan memiliki tiga hal penting untuk meningkatkan peran dan fungsinya agar tetap optimal. Pertama Sarana/Gedung. Kedua, Layanan. Ketiga, Pengelola Perpustakaan.

1. sarana/gedung

Gedung perpustakaan harus mempertimbangkan beberapa aspek. Sebab sarana atau gedung yang kurang memadai tentu akan mengurangi kenyamanan dan daya tariknya. Begitu juga sebaliknya. Sesuai dengan Standar Nasional Perpustakaan Sekolah Tahun 2011 disebutkan bahwa gedung perpustakaan harus dapat menampung 3 unsur. Pertama, Koleksi. Kedua, Staf. Ketiga, Ruang Baca.

Gedung perpustakaan sekolah yang ideal disesuaikan dengan jumlah rombongan belajar (rombel) yang ada. Dengan ketentuan 1-6 rombel luas minimal 56 m2, 7-12 rombel luas minimal 84 m2, 13-24 rombel dengan minimal luas 112 m2. Selain luas, dalam perencanaan gedung perpustakaan juga perlu memperhatikan lokasi dan fungsi setiap ruang. Dengan demikian unsur keharmonisan, keindahan, interior dan eksteriornya akan dapat.

Menurut Lasa HS (2016) menyatakan bahwa dalam menentukan lokasi perpustakaan  hendaknya memenuhi 4 (empat) kriteria sebagai berikut.

4. Kriteria

  1. Tidak terganggu oleh kegiatan yang menimbulkan kegaduhan dan pencemaran seperti tempat bermain, olahraga, pasar, dan lain-lain.
  2. Strategis dan mudah dicapai oleh pemakai potensial (guru, siswa dan karyawan)
  3. Berpenampilan perpustakaan atau menunjukkan ciri yang khas perpustakaan
  4. Memiliki pintu utama yang jelas

Hal yang perlu diperhatikan berikutnya adalah pembagian ruangan. Dalam pembagian ruangan perpustakaan harus mempertimbangkan asas kenyamanan, kenyamanan ruangan, suara, udara, cahaya dan warna. Jika sudah mencakup beberapa hal tersebut pengunjung akan merasa nyaman dan tenang.

2. Layanan

Pelayanan merupakan ujung tombak dari jasa perpustakaan. Tingkat kepuasan pemustaka dapat diukur dari baik dan efektifnya layanan di perpustakaan. Sebab pada bidang ini terjadi interaksi langsung dengan pemustaka. Perpustakaan adalah pelayanan, pelayanan berarti kesibukan. Bahan-bahan pustaka harus sewaktu-waktu tersedia bagi mereka yang memerlukannya (Soedibyo, 1987:100).

Sedangkan Darmono (2001: 134)  menyatakan  bahwa:  “layanan perpustakaan adalah  menawarkan  semua  bentuk  koleksi  yang  memiliki  perpustakaan  kepada  pemakai yang datang ke perpustakaan dan meminta informasi yang dibutuhkannya”.

Layanan perpustakaan dibagi menjadi 2 (dua) bagian utama. Pertama, layanan teknis. Kedua, layanan pengguna.

a. Pelayanan teknis

Pelayanan teknis perpustakan meliputi kegiatan yang berkaitan dengan administratif, misalnya pembuatan kartu anggota, pengolahan buku, pengerakan (selfing), fotokopi, dan lain sebagainya.

Pada perkembangannya layanan teknis ini akan mengikuti teknologi informasi yang telah ada. Oleh sebab itu, pelayanan teknis merupakan bagian yang penting dalam kegiatan perpustakaan. Layanan teknis selalu berusaha untuk mengidentifikasi, memmberikan akses, label, dan mengelola informasi untuk diberikan kepada pemustaka.

Beberapa perkembangan layanan teknis yang dapat digunakan dalam menyukseskan gerakan literasi disekolah diantaranya sebagai berikut.

Pengadaan

Pengadaan ini ditujukan untuk menambah dan melengkapi koleksi yang telah ada. Dalam hal perpustakaan harus menyaring dan menyeleksi koleksi yang akan di adakan. Dengan demikian koleksi yang ditambahkan tepat dan sesuai dengan karakter pembaca.

Pada saat pengadaan buku minimal memiliki 4 (empat) alat seleksi yang digunakan (sesuai dengan borang akreditasi 2015).

Dalam pengorganisasian bahan pustaka minimal harus mengacu pada beberapa pedoman perpustakaan yang telah disepakati federasi perpustakaan internasional. Dalam perkembangannya, hal ini juga akan mengikutinya dan saat ini muncul beberapa pedoman perpustakaan yang sudah mengakomodir perkembangan teknologi informasi saat ini, diantaranya RDA dan MARC.

Saat ini juga banyak sistem informasi perpustakaan yang dapat digunakan untuk memudahkan dalam kegiatan teknis diperpustakaan, salah satunya dalam pembuatan indeks. Dengan sistem informasi perpustakaan, kegiatan pengindeksan akan lebih mudah sehingga proses desiminasi informasi bisa lebih cepat.

Paket Informasi

Dengan perkembangan teknologi informasi cukup pesat, perpustakaan juga harus mengelola sumber-sumber informasi dalam berbagai media seperti digital, buku teks, audio buku, dan lain sebagainya. Hal ini untuk memudahkan akses bagi siapapun, kapanpun dan dimanapun.

Sumber Daya Perpustakaan

Dalam implementasi Permendikbud No 21/2015 yang tertuang dalam program gerakan literasi sekolah ini perpustakaan harus mampu memenuhi kebutuhan pemustakanya. Dengan cara menyediakan dan melengkapi sumber daya yang ada di perpustakaan. Sumber daya yang bervariasi dengan berbagai inovasi dan kreatifitas yang bertujuan untuk memperkaya dan membantu pemustaka dalam memenuhi kebutuhan informasinya.

b. Pelayanan pengguna

Layanan pengguna merupakan seluruh kegiatan yang berkaitan tentang akses dan kebutuhan informasi bagi pemustaka, misalnya sirkulasi, referensi, jurnal, metode penelitian, literasi informasi dan lain sebagainya.

Di perpustakaan Layanan pengguna meliputi beberapa hal yaitu:

Definisi pendidikan pemakai menurut Soedibyo (1987 : 121) adalah sebagai berikut : Pendidikan pemakai adalah usaha bimbingan atau penunjang pada pemakai tentang cara pemanfaatan koleksi bahan pustaka yang disediakan secara efektif dan efesien, bimbingan itu dapat berupa bimbingan individu ataupun secara kelompok”.

Beberapa materi yang disampaikan diantaranya bagaimana menggunakan OPAC, Proses Peminjaman, Pengembalian, Referensi, Rujukan, dan lain-lain.

Literasi Informasi

Pengertian literasi informasi yang sering dikutip adalah pengertian literasi informasi dari American Library Association (ALA).

“information literacy is a set of abilities requiring individuals to recognize when information is needed and have the ability to locate, evaluate, and use effective needed information”.

Artinya, literasi informasi diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk mengidentifikasi informasi yang dibutuhkannya, mengakses dan menemukan informasi, mengevaluasi informasi, dan menggunakan informasi seara efektif dan etis. (dalam Naibaho, 2007: 7-8)

3. Sumber Daya Manusia (SDM)

SDM perpustakaan sekolah dapat terdiri dari jabatan fungsional pustakawan, guru, guru pustakawan, dan tenaga perpustakaan. Mereka merupakan pilar utama dalam penyelenggaraan kegiatan perpustakaan terutama dalam menyukseskan gerakan literasi sekolah. Perpustakaan harus dikelola secara professional dengan ketentuan yang sudah diatur dalam undang-undang perpustakaan no 43 tahun 2007 tentang tenaga perpustakaan, yaitu tenaga perpustakaan terdiri atas pustakawan dan tenaga teknis perpustakaan.

Pustakawan  adalah  “Seseorang  yang  melaksanakan  kegiatan  perpustakaan  dengan  jalan memberikan   pelayanan   kepada   masyarakat   sesuai   dengan   tugas   lembaga   induknya berdasarkan   ilmu   perpustakaan,   dokumentasi dan   informasi   yang   dimiliki   melalui pendidikan”.  Sedangkan  menurut  kamus  istilah  perpustakaan  karangan  Lasa,  HS.  Librarian-pustakawan,   penyaji   informasi   adalah   “Tenaga   profesional   dan   fungsional   dibidang perpustakaan, informasi maupun dokumentasi”.

Keahlian dalam hal teknis saja tidak cukup bagi pustakawan saat ini, dibutuhkan komptensi lain yang dapat menunjang profesionalisme tugas seorang pustakawan dalam melayani kebutuhan pemustaka. Gerakan literasi sekolah dapat menjadi pemicu bagi pustakawan untuk menambah wawasan pengetahuannya dan skill nya untuk berkembang mengikuti perkembangan teknologi informasi.

Menurut Meredith Schwartz dalam artikelnya yang dimuat dalam Library Journal menyatakan bahwa terdapat 11 (sebelas) kompetensi yang harus kuasai oleh pustakawan saat ini adalah:

11 Kompetensi yang harus kuasai oleh pustakawan

1. Advokasi (Advocacy/Politics)

Advokasi merupakan kemampuan untuk berkordinasi dengan pihak lain. Dalam hal ini yang erat kaitannya dengan kegiatan perpustakaan. Kemampuan advokasi akan memudahkan dalam menjalankan program kegiatan atau mencari mitra untuk menjalin kerjasama

2. Kolaborasi (Collaboration).

Pustakawan yang memiliki kemampuan kolaborasi ini akan memudahkan dalam menjalin kerjasama dengan guru, siswa atau perpustakaan lain. Kolaborasi ini dapat meggabungkan 2 metode sekaligus untuk mencapai satu tujuan kegiatan.

3. Komunikasi (Communication/People Skills)

Kemampuan komunikasi secara personal menjadi kebutuhan wajib seorang pustakawan. Karena pustawakan akan menjalin interaksi langsung dengan pemustaka serta memberikan pelayanan yang terbaik.

4. Kreati Inovatif (Creativity/Innovation)

Kreatif dan inovatif ini menunjukkan bagaimana pustakawan mampu berinovasi dengan kegiatan atau hal apapun untuk meningkatkan pelayanan di perpustakaan.

5. Kritis (Critical Thinking)

Kompetensi lain yaitu kritis dalam berfikir. Pustakawan yang memiliki keahlian ini mampu dengan cepat berinteraksi dalam membantu menemukan sumber referensi yang tepat bagi pemustaka. Juga pada saat menggali sumber informasi dengan wawancara, skill  ini sangat dibutuhkan.

6. Analisis Data (Data Analysis)

Pustakawan masa kini juga diharapkan mampu menguasai tentang data analisis. Dengan kompetensi ini pustakawan akan menjadi konsultan dalam karya ilmiah atau pekerjaan tentang riset penelitian.

7. Fleksibel (Flexibility)

Fleksibel ini adalah keluwesan dalam pekerjaan. Pustakawan harus menunjukkan kompetensinya dibidang apapun terkait sumber-sumber informasi. Selain itu keluwesan ini juga terkait dengan kesiapan dalam pekerjaan apapun.

8. Kepemimpinan (Leadership)

Pustakawan juga harus memiliki jiwa kepemimpinan, karena dengan kemampuan ini pustakawan dapat mengelola dan memberikan arahan kepada bawahannya atau dalam kerja tim.

9. Pemasaran (Marketing)

Memiliki kemampuan pemasaran, bagaimana promosi terkait pelayanan dan fasilitas perpustakaan di berbagai media. Dengan ini perpustakaan akan banyak diketahui dan diminati pemustaka untuk berkunjung.

10. Manajerial (Project Management)

Kemampuan manajerial juga sangat penting untuk pustakawan masa kini. Dengan kemampuan ini pustakawan diharapkan mampu bekerja secara tim dalam perencanaan, anggaran, dan terkait fasilitas perpustakaan.

11. Keahlian Teknologi (Technological Expertise)

Teknologi merupakan hal yang paling cepat berubah. Perkembangan teknologi begitu pesat sehingga membuat ketrampilan akan cepat tertinggal. Oleh sebab itu pustakawan harus memiliki keahlian ini untuk mendukung profesinya dalam memenuhi kebutuhan pemustakanya serta senantiasa mengupdate skill nya.

Simpulan dan Saran

Gerakan literasi sekolah menjadi sebuah gebrakan dan inovasi baru di dunia pendidikan. Hal ini menunjukkan keseriusan pemerintah dalam meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan di Indonesia. Semua elemen dituntut untuk berbenah diri untuk mendukung dan terlibat untuk suksesnya gerakan ini.

Salah satunya perpustakaan, dalam mewujudkan generasi yang memiliki literasi tinggi dibutuhkan sumber-sumber literatur yang cukup dan memadai. Selain itu, perpustakaan juga harus berbenah pada 3 hal utama.

  1. Sarana/Prasarana
  2. Layanan
  3. Sumber Daya Manusia (Pustakawan)

Ketiga hal tersebut memiliki peran dan fungsi yang berbeda namun bertumpu pada 1 (satu) tujuan yaitu kepuasan pemustaka. Kepuasan pemustaka ini menjadi pemicu tumbuhnya motivasi untuk membaca, menulis, dan semua kegiatan berliterasi seperti yang tertuang dalam permendikbud No 21/2015 tentang penumbuhan budi pekerti.

Dengan kondisi sarana, layanan dan sumber daya manusia yang ideal, perpustakaan diharapkan dapat menjadi rumah ke-3 bagi siswa dalam hal apapun. Hal demikian tentu akan membawa dampak positif dan secara substansi gerakan literasi sekolah akan berjalan sesuai yang menjadi harapan kita semua.

Saran

Daftar Pustaka

 Darmono.   2001.   Manajemen   dan   Tata   Kerja   Perpustakaan   Sekolah. Jakarta: Gramedia Widiasarana.

Lasa-HS. 2016. Manajemen dan Standarisasi Perpustakaan Sekolah Muhammadiyah. Yogyakarta: Majelis Pustaka dan Informasi PDM Kota Yogyakarta

Naibaho, Kalarensi. 2007. Menciptakan Generasi Literat Melalui Perpustakaan (artikel).

Qalyubi, Syihabuddin dkk. 2003. Dasar-dasar Ilmu Perpustakaan dan Informasi. Yogyakarta: Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Fakultas Adab.

Soedibyo, Noerhayati. 1987. Pengelolaan Perpustakaan. Bandung, Alumni.

Schwartz, Meredith. 2016. Top Skills for Tomorrow’s Librarians dalam http://lj.libraryjournal.com/2016/03/featured/top-skills-for-tomorrows-librarians-careers-2016/?sf22358620=1#_. Diakses pada tanggal 22 Maret 2016  Pukul 10.15 WIB.

Undang-Undang Perpustakaan No 43 Tahun 2007.

Exit mobile version