Site icon Dunia Perpustakaan

Implementasi Peran Perpustakaan sebagai Media Praktik Sosial Literasi

Dunia Perpustakaan | Artikel Perpustakaan | Implementasi Peran Perpustakaan sebagai Media Praktik Sosial Literasi | Saat ini, keberadaan perpustakaan telah berkembang seiring perubahan sosial yang terjadi dalam tatanan masyarakat. Parameter keberhasilan perpustakaan tidak lagi berdasarkan banyaknya pengunjung dan jumlah koleksi yang dimiliki. Namun, keberhasilan perpustakaan dapat ditinjau dari tingkat akses dan dampak yang dapat diperoleh masyarakat dalam peningkatan kesejahteraan melalui perpustakaan.

Oleh sebab itu, paradigma perpustakaan mengalami perubahan. Perpustakaan tak lagi sekedar tempat menyimpan dan meminjam buku. Tapi, perpustakaan menjadi pusat ilmu pengetahuan yang mendorong inovasi, kreativitas, produktivitas, serta pusat pemberdayaan masyarakat untuk mengembangkan potensi.  Perpustakaan menjadi media dalam implementasi praktik sosial literasi yang berdayaguna untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Perpustakaan sebagai Praktik Sosial Literasi

Literasi sebagai praktik sosial pada dasarnya tidak hanya sekedar sebuah ketrampilan teknis yang memungkinkan seseorang bisa membaca dan menulis. Namun, literasi memiliki peran penting dalam membentuk transformasi kognitif dan sosial seseorang secara lebih kontekstual, sebagaimana dikemukakan oleh Street (2003).

Hal ini menguatkan teori yang dipaparkan oleh Barton dan Hamilton (2000) dalam bukunya Situated Literacies. Menurutnya, Literasi dimaknai sebagai serangkaian praktik sosial yang bisa dirunut dari berbagai peristiwa yang melibatkan teks tertulis. Dengan demikian, literasi sebagai praktik sosial dapat dipahami secara sederhana, bahwa aktivitas literasi berperan dalam berbagai situasi sosial. Literasi adalah praktik sosial yang erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari.

Adanya pandangan literasi sebagai praktik sosial dijembatani perpustakaan dengan mentransformasikan perannya sebagai media belajar sepanjang hayat berbasis inklusi sosial. Transformasi ini diharapkan mengubah paradigma eksklusivitas perpustakaan menjadi tempat inklusif dengan tujuan besar meningkatkan kualitas hidup serta kesejahteraan masyarakat.

Perpustakaan harus dapat didayagunakan untuk menggali potensi, kreativitas dan produktivitas masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itulah, layanan perpustakaan dikembangkan sedemikian rupa agar dapat dimanfaatkan secara lebih optimal. Salah satunya dengan menjadikanya sebagai tempat dilaksanakannya berbagai pelatihan-pelatihan yang dapat digunakan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya.

Implementasi di Perpustakaan Proklamator Bung Karno

Beberapa tahun terakhir ini, Perpustakaan Proklamator Bung Karno telah melakukan berbagai pelatihan sosial berbasis literasi dengan melibatkan masyarakat sebagai partisipan. Perpustakaan Proklamator Bung Karno memfasilitasi masyarakat terus belajar tanpa batasan usia, karena sejatinya perpustakaan merupakan tempat belajar sepanjang hayat.

Melalui berbagai macam pelatihan yang dilakukan Perpustakaan Proklamator Bung Karno, diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui perbaikan ekonomi. Melalui ketrampilan dan potensi masyarakat yang menjadi partisipan dapat berkembang melalui pelatihan-pelatihan yang ada. Dengan begitu, transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial telah diimplementasikan di Perpustakaan Proklamator Bung Karno.

Sebagai sebuah perpustakaan yang mengemban nama besar Bung Karno – sang presiden pertama Indonesia – yang namanya tetap harum tersohor dari masa ke masa, Perpustakaan Proklamator Bung Karno menjunjung sebuah visi besar untuk dapat mewarisi api semangat perjuangan Bung Karno. Bung Karno memang sudah tiada. Tapi sosok besarnya juga telah mewarisi api semangat perjuangan untuk mewujudkan Indonesia sejahtera.

Untuk itulah, Perpustakaan Proklamator Bung Karno yang menjadi sumber pengetahuan, tempat belajar sepanjang hayat harus mampu mengemban tugas besar yang telah diamanahkan oleh Bung Karno. Salah satunya adalah dengan menjadikan perpustakaan sebagai tempat yang memfasilitasi masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya.

Program di Perpustakaan Proklamator Bung Karno

Awal tahun 2023, Perpustakaan Proklamator Bung Karno telah menyelenggarakan agenda tahunan kegiatan inklusi sosial. Beberapa diantaranya; Literasi Menjahit di bulan Januari, Literasi Hasta Karya, dan Literasi Fotografi di bulan Februari. Kegiatan-kegiatan ini tak lepas dari upaya implementasi tagline Perpustakaan Nasional RI tahun 2023 yang notabene merupakan induk dari Perpustakaan Proklamator Bung Karno, yakni “Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial, Solusi Cerdas Pemulihan Ekonomi Masyarakat Pasca Pandemi Covid-19” 

Melalui Literasi Menjahit, masyarakat berkesempatan untuk mengembangkan potensi dan ketrampilan menjahitnya agar memiliki nilai jual lebih melalui bahan-bahan sederhana, sehingga perekonomian dapat meningkat. Tak ketinggalan dengan Literasi Hasta Karya yang memfasilitasi para partisipannya untuk membuat berbagai macam kerajinan unik yang memiliki nilai jual tinggi. Pada kesempatan kali ini, pelatihan pembuatan hasta karya yang diselenggarakan adalah pelatihan membuat jam dinding dari resin dengan narasumber handal seorang pengrajin resin asal Yogyakarta yang sudah menggeluti bisnis tersebut sejak lama.

Tak ketinggalan pula Literasi Fotografi yang memberikan pelatihan pada para partisipannya untuk dapat menciptakan jepretan foto artistik, sehingga dapat menembus marketplace Shutterstock. Dengan begitu, masyarakat bisa mendapatkan penghasilan tambahan dari hasil kreativitasnya.

Berbagai macam kegiatan inklusi seperti menjahit, membuat hasta karya dan seni fotografi merupakan hal-hal yang dekat dengan keseharian masyarakat dari berbagai jenjang usia, sehingga lebih mampu merangkul dan mendorong masyarakat dalam upaya menciptakan budaya masyarakat yang literate.

Kesimpulan

Literasi berperan dalam mendorong peningkatan produktivitas dan kesejahteraan. Dengan berbekal literasi, masyarakat dapat lebih produktif untuk mewujudkan kesejahteraan yang lebih baik. Begitu pentingnya peran literasi dalam mengubah kehidupan sosial masyarakat. Maka sudah sepatutnya jika perpustakaan harus mampu mengemban peran dan tugasnya dengan baik sebagai sumber literasi.

Perpustakaan harus mampu menjadi pionir dalam penguatan literasi yang berbasis inklusi sosial, sehingga literasi akan selalu melekat dalam kehidupan sehari-sehari dan tersituasi di mana saja sebagai sebuah praktik. Literasi akan semakin membumi sebagai sebuah praktik sosial yang erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari.

Exit mobile version