Dunia Perpustakaan | Perpustakaan Umum Seattle Amerika Serikat | Perpustakaan sudah sewajibnya selalu mengikuti perkembangan zaman dan selalu mengutamakan kebutuhan dan keinginan masyarakat. Termasuk saat dunia berubah dengan begitu cepatnya dalam hal teknologi.
Dalam kondisi ini perpustakaan tidak boleh tertinggal apalagi menutup diri dan menolak perubahan.
Walaupun harus terus mengikuti kemajuan teknologi, yang harus dicatat tentunya perpustakaan tetap menjaga nilai-nilai penting dalam bidang perpustakaan.
Kemajuan teknologi yang begitu pesat membuat berbagai perpustakaan di negara maju terus lakukan inovasi. Salah satu perpustakaan tersebut yaitu Perpustakaan Umum di Seattle Amerika Serikat.
Saat dibuka pada tahun 2004, perpustakaan umum baru di Seattle, Amerika Serikat, dipublikasikan sebagai model yang mewakili era digital dan semangat warga dalam menyambut milenium baru.
Dikutip dari kompas.com [29/6/2017], Gedung empat lantai itu terhubung dengan tangga berbentuk spiral sehingga orang bisa naik turun melalui tangga yang landai. Desain yang disebut membanggakan itu dibuat oleh Rem Koolhaas dan Joshua Prince-Ramus dari rumah produksi OMA.
Buku dan E-Book
Di sisi lain, banyak orang menduga bahwa buku-buku yang tersimpan di dalam perpustakaan itu akan masuk ke katalog kartu dan rekaman kaset.
Namun, setelah lebih dari satu dekade, permintaan terhadap buku yang masih bisa ditemukan di perpustakaan itu tetap kuat.
“Ide bahwa setiap orang akan membaca tulisan di layar belum terbukti benar. Tetap ada tempat untuk buku-buku kuno. Industri penerbitan mengerti soal itu. Hal ini bisa dilihat dari desain berkualitas tinggi perpustakaan tersebut,” ujar Meredith TenHoor, sejarawan arsitektur dan profesor di Pratt Institute School of Architecture.
Desain paling inovatif di perpustakaan itu, menurut TenHoor, yaitu deretan buku yang bukan hanya sebagai sumber informasi, melainkan juga sebagai sumber praktik sosial dan intelektual yang berkembang di seputar dunia bacaan dan penelitian.
Sementara itu, Wakil Presiden Bidang Perencanaan Modal di Perpustakaan Umum New York atau New York Public Library (NYPL) Risa Honig mengatakan, saat itu pihaknya menganggap bahwa buku tidak hanya soal eksistensi arsitektural.
Waktu itu, sekitar 20 persen dari keseluruhan sirkulasi NYPL adalah buku elektronik (e-book).
“Buku menciptakan suatu penampilan dan memberi rasa dalam suatu ruangan. Jadi tidak hanya bagian dari desain, tetapi merupakan hal penting,” kata Honig.
Hal itu bisa dilihat di cabang perpustakan yang baru dibuka di 53rd Street dan yang segera direnovasi di Mid-Manhattan.
Tata Ruang
Ada suatu perubahan yang terjadi, yaitu perpustakaan semakin berperan untuk mengakomodasi banyak kegunaan, di antaranya untuk tempat menyimpan dan mengedarkan buku.
Hal itu seperti yang terlihat dari hasil rancangan ulang di Mid-Manhattan oleh Mecanoo dan Beyer Blinder Belle, arsitek dari perusahaan Belanda.
Mereka akan menambahkan tempat duduk, bagian pelayanan, dan ruang publik di perpustakaan yang terbesar di kota tersebut. Rencananya, pembangunan dimulai pada musim gugur.
“Ada ruang untuk penelitian dan berbagai tugas yang perlu dikerjakan di perpustakaan. Tersedia juga ruang sesuai penggolongan buku seperti di perpustakaan lama yang disukai orang,” ucap TenHoor mengacu pada desain Mecanoo.
Menurut Honig, ketika merancang ulang perpustakaan, NYPL berusaha memadukan tempat duduk formal dan santai, ruang multiguna, lebih banyak akses internet dan keluar, serta cahaya alami.
Hal itu bisa dilihat di Washington Heights yang baru saja direnovasi dan di Stapleton, Staten Island.
“Kami menciptakan ruangan yang menginspirasi bagi komunitas di mana mereka bisa berinteraksi satu sama lain. Itu merupakan suatu hal penting,” kata Honig.
Sehubungan dengan itu, saat merancang bangunan untuk masa depan, bagian yang paling penting mungkin bukanlah arsitekturalnya, melainkan bangunan itu sendiri.
Pendanaan
Dalam beberapa tahun terakhir, NYPL dan Perpustakaan Umum Brooklyn berusaha mengatasi masalah kekurangan dana dengan menjual sejumlah cabang di daerah yang bernilai jual tinggi, lalu menggantinya dengan perpustakaan yang lebih kecil.
Justin Davidson, kritikus arsitektur di New York, misalnya, menyebut perpustakaan baru di 53rd Street tersebut sebagai ruang bawah tanah yang ramping tetapi menyusut.
Menurut dia, perpustakaan itu bisa saja memiliki banyak elemen cerdas, tetapi kurang cahaya dan ruang bagi pendahulunya.
Beberapa tahun setelah penjualan perpustakaan di 53rd Street, NYPL pun mempertimbangkan penjualan lain di Mid-Manhattan, yang diharapkan akan membantu pendanaan renovasi cabang utama di Fifth Avenue.
Namun, dalam menghadapi pertentangan kuat dari masyarakat, NYPL memilih untuk merenovasinya.
Ruang yang terbuka bagi publik untuk kali pertama seharusnya merupakan ruang yang bisa menyesuaikan dengan perubahan teknologi di masa depan, yaitu teras di atap, satu-satunya bagian yang bebas di Midtown.