Dunia Perpustakaan | Mahasiswa Indonesia di China | Ada cerita dan kesan yang sama jika kita mendengar cerita orang-orang Indonesia ketika hidup di negara-negara maju seperti Jepang dan China. Mereka pasti selalu memiliki cerita yang sama tentang banyaknya pengunjung di Perpustakaan di negara-negara maju tersebut.
[Baca juga: Kisah Budaya Baca di Jepang yang Sangat Dikagumi Dunia]
Hal ini juga yang dirasakan oleh Jenmar, salah satu Mahasiswa dari Indonesia yang saat ini sedang belajar di China dari program beasiswa.
Kurniawan Zainmar. Jenmar begitu ia biasa disapa berstatus sebagai Mahasiswa Universitas Mercu Buana sebelum mendapat kesempatan untuk melanjutkan semester limanya di Beijing, China.
Tidak tanggung-tanggung, beasiswa yang Jenmar dapatkan berprogram Double Degree. Artinya, ia mendapatkan dua gelar berbeda dengan bidang keilmuan yang berbeda.
Selama belajar di China, dirinya memiliki kesan yang diakuinya sangat jarang ditemui di Indonesia yaitu tentang banyaknya pengunjung perpustakaan yang selalu antri ketika ingin masuk ke perpustakaan disana. Bahkan jika datangnya kesiangan sedikit saja, jangan berharap bisa mendapatkan tempat duduk karena perpustakaan selalu penuh.
Sebagaimana dikutip dari koran-sindo.com [10/1/15], Jenmar mengatakan, ada beberapa hal yang tidak ia temui di Indonesia.
Perpustakaan di China Selalu Penuh
“Yang unik di sini tuh perpustakaan selalu rame. Perpustakaan buka jam 8 pagi sampai jam 11 malam, tiap hari pasti penuh,” katanya. Bahkan, kalau ingin ke perpustakaan harus antri pagi-pagi supaya bisa mendapatkan tempat duduk. Datang siang pasti nggak bakal dapat tempat,” katanya.
“Di sini, orang yang dateng ke perpustakaan tuh suka bawa yang aneh-aneh. Ada yang bawa hewan peliharaannya, ada juga yang bawa bantal. Kocak deh..,” tambahnya.
Selain itu, jika ingin berpergian, harus berjalan kaki. “Gue kemana-mana jalan kaki. Tapi akhirnya gue beli sepeda, soalnya kampus gue gede banget, capek juga kalo jalan,” katanya.
Jenmar mengaku ada hal yang tidak ia dapatkan di Beijing. “Semua mahasiswa selalu sibuk di sini. Nggak ada yang nongkrong-nongkrong seperti di Indonesia.
Kalau lagi di kantin, makan ya makan, ngobrol paling seadanya. Nggak ada tuh yang ngobrol sambil bercanda, ketawa-tawa. Itu sih yang kadang gue kangenin,” ungkap Jenmar.