Membangun Budaya Literasi dengan Pendekatan Kultural di Komunitas Adat.
Dunia Perpustakaan | Masyarakat memiliki keragaman budaya, budaya itu berasal dari kata buddhi yang berarti akal, budaya masyarakat yang ada, dibentuk karena kebiasaan (kecerdasan/akal) dan fasilitas alam yang tersedia sebagai sumber kehidupan.
Budaya masyarakat merupakan beradapan turun temurun yang tidak lepas dari ilmu pengetahuan. Budaya itu adalah sebuah proses berfikir, yang dipengaruhi oleh agama(keyakinan hati), politik (aturan), bahasa (komunikasi), pakaian (perlindungan diri), bangunan (karya), seni (rasa). Budaya itu juga merupakan hasil karya, cipta dan rasa yang dimiliki manusia.
Literasi adalah keberaksaraan, yaitu kemampuan menulis dan membaca, budaya literasi dimaksudkan untuk melakukan kebiasaan berfikir yang diikuti oleh sebuah proses membaca, menulis yang pada akhirnya apa yang dilakukan dalam sebuah proses kegiatan tersebut akan menciptakan karya. Membudayakan atau membiasakan untuk membaca, menulis itu perlu proses jika memang dalam suatu kelompok masyarakat kebiasaan tersebut memang belum ada atau belum terbentuk.
Ada banyak cara untuk membentuk budaya literasi diantaranya (dekat, mudah, murah, senang, lanjut) :
- Pendekatan akses fasilitas baca (buku dan non buku)
- Kemudahan akses mendapatkan bahan bacaan
- Murah / Tanpa biaya (gratis)
- Menyenangkan dengan segala keramahan
- Keberlanjutan / Continue / istiqomah
Namun sebenarnya upaya itu tidak cukup hanya dengan lima langkah, karena ada penjabaran yang lebih detail. Tidak sekedar ketersediaan fasilitas saja tapi ada cara bagaimana menjalin hubungan antar manusia sehingga hubungan tersebut akan mpengaruhi bagaimana suatu kelompok masyarakat bisa menerima dengan baik apa yang akan menjadi tujuan kita melakukan gerakan literasi.
Hubungan antar manusia itu bisa terjalin baik apabila ada komunikasi, komuikasi dan cara pendekatan yang baik akan bisa menjadi syarat bisa diterimanya fasilitas yang sengaja disediakan buat masyarakat tersebut. Perlu belajar sejarah untuk memasukkan sebuah “budaya baru” kepada kelompok masyarakat.
Dalam sejarah yang bisa kita pelajari adalah masuknya Islam di Indonesia, bagaimana seorang Wali mengajarkan Islam melalui budaya masyarakat. Contoh gamelan sebagai alat musik digunakan untuk syiar Islam, memasukkan ajaran ajaran Islam melalui penciptaan lagu, seperti lagu Lir liri.
Penggunaan bedug adalah alat yang digunakan sebagai penanda waktu sholad. Selamatan itu merupakan cara untuk mengajarkan masyarakat memberikan sodakhoh dalam bentuk makanan tapi dikemasnya dengan menggunakan budaya atau kebiasaan masyarakat yang selama ini biasa dilakukan oleh komunitas Hindu.
Trik trik yang perlu dilakukan dalam pengembangan budaya literasi melalui pendekatan kultural bagi seorang pustakawan yang merupakan garis depan dalam perjuangan pencerdasan masyarakat maka ada beberapa hal yang perlu diingat diantaranya adalah :
- Kenali budaya/ kebiasaan masyarakat lokal (tradisi/kebiasaan)
- Kenali tokoh masyarakat (memiliki pengaruh/kepala suku/pemuka agama/kepala desa)
- Kenali fasilitas yang ada di masyarakat, (fasilitas umum)
- Kenali alam dan kondisi lingkungan (alam, geografis, lingkungan, potensi)
- Kenali kearifan lokal : (petuah, aturan)
Lakukan pendekatan secara bertahap dengan berbagai cara diantaranya :
- Sosialiasi : penyampaian niatan dan kegiatan yang akan disediakan buat masyarakat, cara cara akses buku, aturan dan kebijakan yang akan menyertai, dan semua apa yang bisa dimanfaatkan masyarakat.
- Partisipasi : keterlibatan masyarakat secara aktif di setiap kegiatan, termasuk kemungkinan menjadi donatur bagi keberlangsungan Taman Belajar Masyarakat (TBM).
- Silaturahmi : menjalin keakraban antar masyarakat dan tokoh masyarakat, tidak saja untuk sosialisasi tapi untuk kepeluan lainnya, memahami karakter masyarakat, mendapatkan dana, dan mendapatkan dukungan, banyak yang bisa dilakukan saat silaturahmi.
Buatlah kerangka acuan dengan disertai target dan rencana program, dengan menyertakan masyarakat untuk membuatnya apa yang akan di capai dengan fasilitas yang tersedia, untuk membudayakan baca dan tulis. Apa yang sudah dilakukan akan perlu di tinjau ulang untuk melihat tingkat keberhasilannya, dengan tujuan mengatur strategi pendekatan di kemudian hari untuk mencapai tujuan.
Ingat jangan paksa masyarakat membaca jika itu belum menjadi budaya. Masuklah mengikuti budaya yang ada, perlahan tapi pasti “membiasakan membaca” akan mudah bagi masyarakat jika kita sudah mengenal budayanya, kita sudah mengenal tokoh masyarakat, kita sertakan partisipasi masyarakat. Perlu keahlian khusus bagi pustakawan jika memang tujuan mencerdasakan masyarakat melalui TBM.
Sumber: triniharyanti.id