Perpustakaan Kebun Buku Yogyakarta Gelar Ratusan Judul Buku di Kawasan Titik Nol Yogyakata.
Dunia Perpustakaan | Ada sebuah pemandangan yang berbeda dengan hari hari sebelumnya pada hari Minggu, (19/06/2016). Bahkan bisa dikatakan pemandangan yang baru pertama terjadi. Sekelompok anak muda yang menamakan diri komunitas Perpustakaan Kebun Buku menggelar ratusan judul buku di emperan jalan depan Monumen Serangan Umum 1 Maret Yogyakarta atau Kawasan Titik Nol Yogyakata.
Usia mereka rata-rata kurang dari 20 tahun. Mereka berjualan buku? Tidak. Buku buku itu ditawarkan kepada siapa saja yang mau membaca tanpa dipungut biaya alias gratis, sambil menunggu tanda waktu berbuka puasa tiba.
Dikutip dari beritaterkini.id, [06/16]. Alhasil, banyak warga masyarakat dan sebagian wisatawan dalam dan luar negeri tertarik dan memanfaatkan kesempatan berharga itu. Azizah, warga Lampung Sumatera yang datang bersama teman-temannya juga ikut asyik menikmati sebuah novel terjemahan.
Azizah yang hobi baca itu mengaku senang karena sambil menunggu waktu berbuka tiba dirinya bisa memanfaatkan dengan membaca. “Senang mas, Ngabuburit sambil baca gratis. Bukunya bagus-bagus. Judulnya dan jenis bacaannya juga banyak. Bisa milih sesuka hati,” ujar gadis berjilbab itu.
Dimas koordinator Perpustakaan Kebun Buku saat ditemui di lokasi menjelaskan Perpustakaan Kebun Buku Yogyakarta terbentuk dari adanya kesamaan hobi dari anak-anak muda yang memiliki hobi yakni membaca. Dari kesamaan hobi ini kemudian timbul ide untuk membentuk ruang baca lagi di masyarakat. “Kita merupakan teman-teman ngumpul. Kita punya hobi yang sama. Hobi membaca.
Terus Kemudian kita kepikiran kenapa buku buku kita itu tidak kita beri ke masyarakat supaya ada ruang baca lagi yang terbentuk di masyarakat, selain ada yang di perpustakaan. Sebenarnya latar belakangnya cuma itu,”jelas Dimas, pria 23 tahun yang masih kuliah di salah satu Perguruan Tinggi swasta di Yogyakarta ini.
Perpustakaan Kebun Buku beroperasi seminggu sekali yakni pada hari Jumat. Tempat pengoperasianpun berpindah-pindah karena mereka tidak mempunyai tempat yang pasti. Biasanya mereka memilih tempat yang ramai dikunjungi (dilewati). “Kalau pemilihan tempat itu sendiri kita biasanya ke tempat-tempat yang ramai dikunjungi orang.
Kalau istilahnya tempat pastinya ya gak ada. Kita kalau ada tempat kosong dan diperbolehkan, kita stay disana. Seminggu sekali,”ujar Dimas. Ditambahkan, untuk sementara waktu Perpustakaan Kebun Buku selalu menginformasikan kegiatannya melalui media sosial (Istagram dan Line).
Dimas menambahkan koleksi buku mereka sudah terbilang banyak. Dirinya tidak dapat menyebut berapa jumlah yang pasti. “Koleksi buku kita banyak. Kalau kita tidak pernah menghitung berapa koleksinya. Pokoknya dari koleksi pribadi yang kita kumpulkan,”imbuhnya.
Menurut Dimas buku-buku yang ada di perpustakaan Kebun Buku merupakan sumbangan dari koleksi teman-teman kosnya. “Ada bebrapa teman yang memang kost-kostannya punya buku kita kumpulkan menjadi satu,” jelasnya.
Salah seorang rekan Dimas menambahkan buku-buku yag mereka punyai sudah cukup banyak. Judul dan temanyapun beragam. “Ada sastra, filsafat, bacaan populer. Ada juga bertemakan agama,” tambahnya.
Perpustakaan Kebun Buku Yogyakarta masih terbilang muda. Baru tiga bulan berdiri. “Masih sekitar tiga bulanan,”jelas Dimas. Menurut Dimas, model-model perpustakaan seperti ini sudah ada dan lebih lama bergerak di kota lain seperti Bandung dan Surabaya.
Menurut Dimas, Perustakaan Kebun Buku tidak memiliki aggota tetap. Namun, mereka tetap membuka ruang bagi siapa saja yang mau bergabung. “Kami membuka ruang, siapa yang mau silakan bergabung bersama kita,”
Ketika ditanya, apakah kegiatan ini bisa meningkatkan minat baca masyarakat? Dimas menegaskan bahwa mereka hanya memberikan ruang baca bagi masyarakat. Soal dampak kegiatan mereka akan meningkatkan minat baca masyarakat Dimas mengaku belum memiliki target secara khusus kesana.
Namun kegiatan ini menurutnya dapat mempertemukan masyarakat yang memiliki hobi yang sama yakni membaca. Juga menjadikan ajang untuk sharing buku. “Kita sih cuma memberikan ruang ya mas. Untuk masalah orang mau baca atau gak , kita serahkan pada orang itu. Yang pentingkan kita sudah memberikan ruang baca. Dan paling tidak di situ buat kita kumpul dan sharing buku.
Semoga niat baik Dimas dan rekan-rekannya menyediakan ruang baca bagi masyarakat berdampat positip kepada peningkatan minat baca bagi masyarakat dan generasi muda Indonesia.