Perpustakaan Konvensional dengan Perpustakaan Kini

Perbedaan Perpustakaan Konvensional dengan Perpustakaan Kini

Dunia Perpustakaan | Perpustakaan Konvensional dengan Perpustakaan Kini | Tulisan ini judul aslinya “Perbedaan yang Ada Pada Perpustakaan Konvensional Dengan Perpustakaan Pada Saat Ini”. Kami melakukan perubahan judul hanya untuk menyesuaikan jumlah kata dalam setiap judul tulisan tanpa mengubah maknanya.

Tulisan ini sebelumnya sudah dimuat dalam jurnal “Iqra: Jurnal Perpustakaan Dan Informasi Volume 16 Nomor 2 Oktober 2022”.

Penulis dari tulisan ini yaitu Amelinda Rahma dan Ratri Wulandari yang merupakan mahasiswa Program Studi Desain Interior Fakultas Industri Kreatif Universitas Telkom. Tulisan ini kami peroleh dari jurnal.uinsu.ac.id.

Pada tulisan ini secara rinci membahas terkait dengan Perpustakaan Konvensional dengan Perpustakaan Kini. Ada berbagai hal yang dilihat oleh penulis bahwa Perpustakaan Konvensional dengan Perpustakaan Kini memang ada berbagai perbedaan. Berbagai perbedaan Perpustakaan Konvensional dengan Perpustakaan Kini dibahas secara lengkap disini.

Berikut ini merupakan tulisan selengkapnya;

Perbedaan Perpustakaan Konvensional dengan Perpustakaan Kini

Abstract

The transformation of the library occurs because of the demands of rapid technological advances and changes in the character of users that give rise to new needs and desires. In this study, the authors wrote a comparison between conventional libraries and current libraries. The purpose of this study is to find out what transformation is happening in the library now. This research was conducted with a descriptive qualitative method, describing the comparison of libraries before and after the digitization period. Conventional libraries are libraries where all activities by manually, digital libraries are libraries of all activities carried out by digitally using the internet network, and hybrid libraries are a library that is a combination of the two libraries. With this study, the author hoped that the reader can find out how far the library has transformed.

Keywords: Library, Transformation, Differences

Abstrak

Transformasi perpustakaan terjadi karena tuntutan kemajuan teknologi yang pesat dan perubahan karakter pengguna yang menimbulkan kebutuhan dan keinginan yang baru. Dalam kajian ini penulis melakukan perbandingan antara perpustakaan konvensional dan perpustakaan saat ini. Tujuan dari kajian ini adalah untuk mengetahui transformasi apa yang terjadi pada perpustakaan pada saat sekarang. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif deskriptif, dengan memaparkan perbandingan perpustakaan sebelum dan sesudah periode digitalisasi. Perpustakaan konvensional merupakan perpustakaan dimana segala kegiatannya dilakukan secara manual, perpustakaan digital segala kegiatan dilakukan secara digital dengan menggunakan jaringan internet dan perpustakaan hibrida adalah gabungan dari kedua perpustakaan tersebut. Dari kajian ini diharapkan pembaca dapat mengetahui sejauh mana perpustakaan sudah bertransformasi.

Kata Kunci : Perpustakaan, Transformasi, Perbedaan

I. PENDAHULUAN

Perpustakaan memiliki peran untuk memfasilitasi masyarakat untuk mengembangkan potensi yang dimiliki. Menurut Sulistyo Basuki (1991) perpustakaan merupakan ruangan atau gedung yang digunakan sebagai tempat menyimpan buku atau terbitan lain yang penyimpanannya diatur berdasarkan tata urutan tertentu untuk memudahkan pembaca. Menurut International Federation of Library Association (IFLA), ada beberapa jenis perpustakaan, diantaranya Perpustakaan Nasional, Perpustakaan Umum, Perpustakaan Perguruan Tinggi, Perpustakaan Khusus, Perpustakaan Wilayah dan Perpustakaan Keliling.

Transformasi perpustakaan terjadi karena pesatnya kemajuan teknologi dan perubahan karakter manusia. Pada saat sekarang ini perpustakaan bertransformasi membentuk perpustakaan berbasis inklusi sosial. Transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial adalah salah satu pendekatan pelayanan yang berkomitmen dalam peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat pengguna perpustakaan (Berita Humas Perpustakaan Nasional RI, 2021). Tujuan khusus dari perpustakaan berbasis inklusi sosial adalah meningkatkan kualitas layanan perpustakaan untuk pengguna layanan oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan masyarakat (Perpusnas, 2021).

Berdasarkan hasil wawancara kepada Kepala Layanan Perpustakaan UPT Perpustakaan Bung Hatta diperoleh keterangan bahwa perpustakaan tidak hanya menjadi tempat untuk mencari referensi dan menyediakan literatur, tapi juga menyediakan pelatihan-pelatihan dan pendampingan hingga membantu pemasaran dalam konteks pendidikan untuk meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan masyarakat. Untuk menjalankan layanan ini, perpustakaan membutuhkan area khusus baru seperti ruang workshop, exhibition, diskusi dan ruang informasi.

Perkembangan Teknologi

Pesatnya perkembangan teknologi dibidang ilmu pengetahuan dan informasi perpustakaan mengadakan beberapa kegiatan sosial yang dapat memberdayakan masyarakat. Dengan adanya layanan perpustakaan berbasis inklusi masyarakat terjadi perubahan pada fungsi dan penambahan ruangan pada perpustakaan untuk memenuhi kegiatan yang ada.

Dari fenomena transformasi perpustakaan di atas, maka perpustakaan perlu disesuaikan dengan kebutuhan pengguna agar dapat menunjang layanan dan kegiatan yang ada pada gedung perpustakaan. Perpustakaan pada saat ini memerlukan desain ruang yang dapat meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan penggunanya. Fenomena transformasi perpustakaan dimana perpustakaan tidak hanya menjadi tempat mencari referensi dan bahan bacaan tetapi dapat menjadi tempat bersosialisasi. Dalam penelitian ini dilakukan perbandingan perpustakaan pada sebelum dan sesudah bertransformasi. Perbandingan yang dilakukan adalah perpustakaan pada masa konvensional dan pada saat sekarang ini. Hal ini dilakukan karena belum diketahui transformasinya sudah sejauh mana. Tujuan dari kajian ini adalah untuk mengetahui transformasi yang terjadi pada perpustakaan.

II. METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif deskriptif, dengan memaparkan perbandingan perpustakaan sebelum dan sesudah periode digitalisasi terhadap objek yang diteliti dalam hal fasilitas, layanan dan program yang diadakan oleh perpustakaan saat ini. Periode digitalisasi perpustakaan terjadi pada awal tahun 2000-an. Di Indonesia peraturan mengenai digitalisasi perpustakaan diatur dalam UU. no. 43 tahun 2007. Kemudian perpustakaan pada era 4.0 di Indonesia masih mengembangkan proses digitalisasi dengan penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).

Pada saat sekarang, perpustakaan bergerak menuju era 5.0 dimana perpustakaan bertransformasi menjadi tempat bersosialisasi dan berdiskusi serta menjadi tempat berbagi ilmu (knowledge sharing). Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode observasi, wawancara dan studi literatur. Metode observasi dilakukan dengan pengamatan secara langsung pada objek UPT Perpustakaan Proklamator Bung Hatta sebagai objek perpustakaan hibrida, metode wawancara secara langsung dengan koordinator layanan dan staff humas perpustakaan, serta studi literatur dengan mengumpulkan data dari jurnal dan berita dari website perpustakaan. Data yang diperoleh dari penelitian ini akan dianalisis menggunakan teknik analisis kualitatif deskriptif yang menghasilkan perbandingan yang disajikan dalam secara naratif agar mudah dimengerti.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

a. Penyebab terjadinya transformasi perpustakaan.

  • Kenaikan harga sumber informasi karena pihak industri informasi saat ini ingin mendapatkan keuntungan yang lebih.
  • Adanya sumber informasi alternatif yang penggunaannya mudah dan cepat.
  • Pemanfaatan informasi fisik yang disediakan oleh perpustakaan mengalami penurunan karena pergeseran dari media cetak menjadi media digital,
  • Perubahan gaya hidup pemustaka yang menimbulkan kebutuhan dan keinginan baru. Seperti saat sekarang ini perpustakaan dituntut untuk menyediakan tempat berdiskusi bagi para pemustaka.

b. Jenis-jenis perpustakaan

Perpustakaan Konvensional

Merupakan konsep “dunia teks” (Wafiuddin, 2018), maksud dari dunia teks disini adalah perpustakaan hanya memiliki koleksi cetak berupa buku-buku dan media cetak lain yang pengembangannya menggunakan sistem otomasi dengan tujuan mempermudah dalam menemukan kembali koleksi tersebut.

Perpustakaan Hibrida

Saat ini, Perpustakaan yang ada pada umumnya adalah perpustakaan hibrida. Perpustakaan hibrida merupakan perpustakaan yang menjadi gabungan koleksi konvensional dengan koleksi digital (Suwarno, 2013). Perpustakaan hibrida merupakan evolusi dari perpustakaan hibrida menuju perpustakaan digital. Koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan hibrida sangat beragam, dari koleksi cetak, analog dan digital dimana pengguna perpustakaan dapat mengakses koleksinya secara fisik dan nonfisik.

Perpustakaan Digital (Digital Library)

Perpustakaan digital merupakan sistem yang menyediakan layanan untuk komunitas pengguna dengan akses terpadu yang menjangkau informasi secara luas dan ilmu pengetahuan yang disimpan dan terorganisir dengan baik (Suwarno, 2010). Koleksi yang disediakan oleh perpustakaan digital terdiri dari koleksi dalam bentuk teks, gambar, suara, video dan grafik (Susanto,2010).

Perbedaan dari ketiga perpustakaan diatas dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1.1. Perbedaan Perpustakaan Konvensional, Hibrida dan Digital Analisa Penulis

B. Pembahasan

Transformasi pada perpustakaan akan terus terjadi mengikuti kemajuan teknologi dan tuntutan zaman. Hal ini bertujuan agar fungsi dari perpustakaan sebagai tempat pendidikan non formal dan sumber informasi tidak hilang. Saat ini perpustakaan bertransformasi dari perpustakaan konvensional menjadi perpustakaan hibrida. Dimaksud dengan perpustakaan konvensional adalah perpustakaan dimana fungsi perpustakaan pada saat itu hanya menjadi tempat mencari koleksi dan referensi.

Perpustakaan konvensional

Perpustakaan konvensional tidak jauh dari membahas tentang tempat dan bangunan perpustakaan. Cirinya biasanya tidak jauh dari susunan rak buku di dalam gedung yang membutuhkan tempat yang luas. Karakteristik dari perpustakaan konvensional menurut WTEC hyper-library adalah :

a. Penekanan pada penguatan dan pelestarian barang-barang fisik, khususnya pada buku dan majalah
b. Membuat katalog pada tingkat tinggi daripada detail
c. Penjelasan berdasarkan kedekatan fisik koleksi dengan materi yang sama
d. Bersifat pasif dimana informasi berkumpul di satu tempat yang mengharuskan pengguna untuk mendatangi gedung jika ingin memanfaatkan koleksi yang ada.

Kesimpulan dari teori diatas adalah perpustakaan konvensional adalah perpustakaan dengan koleksi buku, jurnal, informasi terekam dan koleksi terbitan terbatas dalam bentuk media cetak yang hanya dapat diakses secara manual.

Perpustakaan Digital

Perkembangan perpustakaan digital mengikuti perkembangan teknologi. Perpustakaan digital merupakan bentuk baru perpustakaan yang yang dapat memberikan kemudahan dalam pengolahan data, menyimpan dan memberi informasi lebih cepat kepada pemustaka. Karakteristik dari perpustakaan digital menurut National Science Foundation adalah : 

a. Menggunakan teknologi dalam sebuah jaringan digital yang tersebar luas 

b. Memiliki koleksi yang mencakup data dan metadata yang saling mengaitkan data 

c. Melakukan kegiatan mengoleksi dan mengatur sumber daya digital yang dikembangkan bersama komunitas pengguna jasa untuk memenuhi kebutuhan informasi kebutuhan. 

Perpustakaan Hibrida 

Perpustakaan hibrida adalah perpustakaan dengan koleksi berupa media cetak dan media digital. Memiliki prinsip untuk mempertahankan perpustakaan dengan koleksi tercetak, karena pemustaka masih membutuhkan koleksi tersebut. Selain itu, koleksi buku cetak tidak dapat tergantikan oleh e-book dari segi karakteristik. 

Dari pembahasan di atas bisa disimpulkan bahwa perpustakaan konvensional merupakan perpustakaan dimana segala kegiatannya dilakukan secara manual, perpustakaan digital segala kegiatan dilakukan secara digital dengan menggunakan jaringan internet dan perpustakaan hibrida adalah gabungan dari kedua perpustakaan tersebut. 

Dalam hal program, terlihat bahwa perpustakaan terus bertransformasi secara bertahap dimulai dari dimana dulunya perpustakaan hanya sebagai tempat mencari referensi yang ruangannya membutuhkan ketenangan. Kemudian perpustakaan memasuki era digitalisasi, pada masa ini perpustakaan mulai mendigitalisasikan koleksi-koleksinya dan menggunakan sistem otomasi. Seiring berjalannya waktu, pengguna perpustakaan mengunjungi perpustakaan tidak hanya untuk mencari referensi tetapi untuk berdiskusi dan bertukar ilmu. Hal ini disebabkan oleh perubahan karakter pengguna dan perkembangan teknologi. 

Langkah-langkah

Perpustakaan yang berkembang di Indonesia saat ini umumnya adalah perpustakaan hibrida. Dalam pengembangan perpustakaan hibrida perlu melakukan : 

  • Membentuk Online Public Access Catalog (OPAC)
  • Mengembangkan sistem peminjaman secara elektronik
  • Merancang website perpustakaan yang terintegrasi dengan sistem koleksi cetak dan digital.

Sekarang ini perpustakaan sedang bertransformasi menjadi tempat bersosialisasi, berdiskusi dan bertukar ilmu mengikuti perkembangan society 5.0. Dalam menghadapi fenomena ini perpustakaan bertransformasi membuat program perpustakaan berbasis inklusi sosial. Program ini menunjukkan bahwa perpustakaan memfasilitasi masyarakat dalam mengembangkan potensinya dengan melihat keragaman budaya, kemauan untuk menerima perubahan, serta menawarkan kesempatan berusaha, melindungi dan memperjuangkan Hak Asasi Manusia. Strategi dari pelayanan ini adalah mendesain perpustakaan dan koleksinya adar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat secara optimal. Dalam menghadapi fenomena ini perpustakaan membutuhkan area-area baru seperti ruang diskusi khusus, workspace, cafe, dan spacemaker. 

Salah satu contoh dari perpustakaan hibrida yang ada saat sekarang ini adalah UPT Perpustakaan Proklamator Bung Hatta. Perpustakaan ini berada di Kota Bukittinggi dibawah naungan Perpusnas RI. Perpustakaan ini memiliki layanan Sirkulasi, Informasi, Rak buku, Lobby, Area penitipan barang, Area baca umum, Ruang baca anak, Ruang koleksi khusus, Ruang referensi, Ruang seminar, Open Public Access Catalog, Menggunakan barcode, Kartu anggota dengan RFID. Selain itu dalam menjalankan transformasi perpustakaan berbasis inklusi masyarakat, UPT Perpustakaan Bung Hatta mengadakan workshop dan seminar mengenai ke-Bung Hatta-an, seperti seminar penulisan, workshop desain grafis dan workshop menyulam. 

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

Dari pembahasan diatas disimpulkan bahwa perubahan atau transformasi sebuah perpustakaan mengikuti arus perkembangan zaman dan kebutuhan penggunanya. Perpustakaan konvensional dan perpustakaan objek memiliki perbedaan pada layanan, program dan fasilitas. Perbedaan yang ada terjadi karena adanya kemajuan teknologi dimana munculnya sumber informasi alternatif yang dapat digunakan secara cepat dan mudah, hal ini menyebabkan penurunan pemanfaatan koleksi perpustakaan. Untuk mengikuti kemajuan teknologi perpustakaan mulai menyediakan layanan digital agar mudah diakses oleh pengguna tanpa harus berkunjung ke perpustakaan. Selain itu pengembangan program perpustakaan menjadi tempat bersosialisasi masyarakat membuat perpustakaan menjadi tempat bertukar ilmu yang dapat menghidupkan perpustakaan.

Dari pembahasan di atas juga dapat disimpulkan bahwa perpustakaan sudah bertransformasi. Transformasi pada perpustakaan dapat dilihat dari perpustakaan konvensional menjadi perpustakaan berbasis digital, dimana perpustakaan konvensional bergabung dengan fasilitas digital. Dan untuk saat ini tampak perpustakaan bertransformasi mengikuti era 5.0 dimana perpustakaan mulai mengadakan program-program yang dapat mensejahterakan masyarakat disekitarnya dalam konteks pendidikan. Hal yang perlu diperhatikan oleh pihak perpustakaan saat mentransformasikan perpustakaan mengikuti society 5.0 adalah re-desain interior perpustakaan. Hal ini dimaksudkan agar dapat menciptakan area-area yang sesuai dan dibutuhkan oleh pengguna.

V. DAFTAR PUSTAKA 

  • Basuki S. Pengantar Ilmu Perpustakaan. 1991;480.
  • Eka Cahyani. News-Detail @ Www.Perpusnas. Go.Id [Internet]. 2020. Available from: https://www.perpusnas.go.id/news-detail.php?lang=id&id=200915042400dCB7XGAerV
  • Harahap WR. Empat Jenis Perpustakaan Zaman Now. JIPI (Jurnal Ilmu Perpustakaan dan Informasi) [Internet]. 2018;3(2):194–202. http://jurnal.uinsu.ac.id/index.php/jipi/article/view/1945
  • Hridyananda GR, Ginting RT, Titah P, Kawitri R. Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial Studi Kasus : Perpustakaan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. J Ilm D3 Perpust. 2020;1(2):1–8.
  • Husna N. PERBEDAAN ANTARA PERPUSTAKAAN KONVENSIONAL, DIGITAL, HIBRIDA DAN BOOKLESS Nailul Husna *. Al-Kuttab J Perpust dan Inf. 2018;5:15–28.
  • Khadijah C. Transformasi perpustakaan untuk generasi millenial menuju revolusi industri 4.0. IQRA` J Ilmu Perpust dan Inf. 2019;12(2):59.
  • Mahdi R. Perpustakaan Umum Berbasis Inklusi Sosial: Apa dan Bagaimana Penerapannya? (Sebuah Kajian Literatur). Fihris J Ilmu Perpust dan Inf. 2020;15(2):201.
  • Putra P. Revolusi Industri 4.0 : Peluang Pengembangan Perpustakaan Berbasis Teknologi Informasi. Revolusi Ind 40 Peluang Pengemb Perpust Berbas Teknol Inf [Internet]. 2018;25(3):35–41.
  • Ridwan MM, Ismaya I, Syahdan S, dkk. Perpustakaan Konvensional, Hibrida, Perpustakaan Digital dan Bookless Library. [Internet]. 2021; https://ummaspul.e-journal.id/RMH/article/download/1395/529
  • Suwarno W. Pengetahuan Dasar Kepustakaan. Gahlia Indonesia; 2010.

Semoga ulasan terkait perbedaan Perpustakaan Konvensional dengan Perpustakaan Kini diatas bisa menambah referensi bacaan untuk anda.

profil penulis: Dunia Perpustakaan

duniaperpustakaan.com merupakan portal seputar bidang dunia perpustakaan yang merupakan bagian dari CV Dunia Perpustakaan GROUP. Membahas informasi seputar dunia perpustakaan, mulai dari berita seputar perpustakaan, lowongan kerja untuk pustakawan, artikel, makalah, jurnal, yang terkait bidang perpustakaan, literasi, arsip, dan sejenisnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *