Dunia Perpustakaan | Subject Specialist di Perpustakaan | Hi good people! Apa kabar? Semoga selalu baik ya.
Tahun 2022 lalu, mimin baru saja menyelesaikan penelitian akhir pada jenjang sarjana nih. Yap. Apa lagi kalau bukan skripsi hehe. Sebagian besar syarat kelulusan bagi mahasiswa adalah dengan melakukan kajian akademik atau biasa disebut skripsi, tesis, maupun disertasi. Memang butuh keikhlasan yang tinggi supaya mampu menyelesaikan penelitian tersebut ya, good people. Hayo, siapa di sini yang masih menjadi pejuang pengumpul data? Hehe. Tetap semangat yak 🙂
Tidak hanya mahasiswa saja, tenaga pengajar di lingkungan perguruan tinggi juga dituntut untuk menghasilkan publikasi ilmiah melalui berbagai serangkaian penelitian. Namun sayangnya, tidak semua civitas akademika menilai bahwa kegiatan penelitian sebagai hal yang mudah. Studi diagnostik yang dilakukan oleh Tim Riset Mitra KSI di empat perguruan tinggi Indonesia, menyebutkan ada beberapa faktor internal yang dapat menghambat civitas akademika dalam melakukan penelitian, seperti kapasitas pengetahuan peneliti terkait manajemen data, pencarian rujukan, serta penulisan artikel jurnal ilmiah dirasa kurang mumpuni (Tim Riset Mitra KSI, 2020).
Hasil Kuisioner
Pernah nih, mimin ‘iseng’ menyebar kuisioner terhadap 15 orang teman untuk menanyakan bagaimana pengalaman penelitian mereka, serta hal apa saja yang menjadi kendala saat ini. Sebanyak 12 orang menjawab bahwa mereka sering merasa kesal ketika menemukan referensi yang tidak sesuai dengan apa yang mereka maksud.
Di samping ‘buntu’ terhadap referensi, alasan mengapa mereka enggan meminta bantuan kepada pustakawan maupun orang sekitar adalah perasaan putus asa, apakah sungguh bisa membantu?
Lalu ketika diperhadapkan dengan pertanyaan, apa yang mereka harapkan untuk pustakawan masa depan, 7 jawaban mengharapkan peran pustakawan yang dapat membantu mereka dalam merekomendasi referensi yang sesuai dan akan lebih baik lagi jika terdapat asistensi riset. Sisanya mendambakan pustakawan yang paham urusan teknis (5 jawaban) dan pustakawan yang berperilaku ramah (3 jawaban).
Berdasarkan masalah tersebut, akhirnya mimin tertarik terhadap kajian subyek specialist. Wuih, apa tuh?
Pengertian Subject Specialist
Subject specialist merupakan ahli informasi di bidang tertentu yang salah satu tugasnya adalah memberikan asistensi penelitian. Karena itu keberadaan subject specialist diproyeksikan akan banyak membantu kegiatan penelitian terutama di lingkungan akademik dengan menyediakan asistensi maupun berbagai macam sumber informasi pada suatu bidang ilmu tertentu.
Di luar negeri sendiri, subject specialist sudah lama menujukan jati dirinya. Contoh nyatanya, Perpustakaan Universitas Northern Illinois memiliki beberapa layanan perpustakaan spesial yang berfungsi untuk melayani asistensi pencarian sumber penelitian, evaluasi sumber penelitian yang pengguna dapat, layanan pengajaran pada subjek ilmu tertentu. Tidak hanya itu saja, termasuk kegiatan rekomendasi pembelian materi atau bahan ajar untuk kebutuhan pengajaran atau penelitian (NIU, n.d.). Layanan tersebut dikerjakan oleh pustakawan subjects specialist di area subyek tertentu seperti subyek biologi, musik, pendidikan, teknologi, sampai ilmu bisnis dan pemerintahan.
Kontroversi
Sayangnya, pemahaman mengenai subject specialistpun juga masih rancu. Nama subyek specialist terasa tidak familiar untuk masyarakat umum, bahkan di telinga mahasiswa ilmu perpustakaan sendiri. Lagi-lagi, hal yang masih diperdebatkan adalah masalah perbedaan pembagian tugas antara subject specialist dan pustakawan referensi. Bukannya terlihat sama saja ya(?)
Baca juga: Urgensi Subject Specialist dalam Layanan Disabilitas di Perpustakaan
Pustakawan Referensi
Ternyata, pustakawan subject specialist berbeda dengan pustakawan referensi biasa. Debbi A. Smith dan Olivia T. Victor menjelaskan bahwa dasarnya pustakawan referensi terbagi menjadi dua, yakni pustakawan referensi generalis dan pustakawan referensi subjek (Smith & Oliva, 2010).
Pustakawan referensi generalis bertanggungjawab pada layanan referensi umum yang sifatnya multi-disiplin (yang kita kenal dengan istilah pustakawan referensi pada umumnya). Sementara pustakawan referensi subjek bertanggungjawab untuk layanan referensi bidang tertentu yang lebih mendalam (cikal bakal subject specialist).
John Rodwell juga menegaskan, sebaiknya pustakawan subject specialist adalah mereka yang berkompeten pada sumber informasi yang relevan dengan kebutuhan klien (Rodwell, 2001). Jika menyoroti kata ‘kompeten’, lantas kita berasumsi pada seseorang yang dituntut memiliki keahlian khusus pada suatu bidang tertentu. Akan tetapi, pada penelitian yang dilakukan oleh John J. Meier, menyebutkan bahwa pustakawan subject specialist juga memiliki andil dalam hal pengembangan koleksi, referensi, dan informasi literasi mereka (Meier, 2010).
Banyaknya pemahaman dan istilah subject specialist ini membawa kebinggungan dan kerancuan tugas. Tidak heran jika banyak perpustakaan yang tidak memunculkan posisi ini. Istilahnya, “Kalau sudah ada pustakawan referensi, kenapa harus ada subject specialist? Dibuat praktis saja deh.”
Nah, menurut good people sendiri, apakah perpustakaan perguruan tinggi kelak akan membutuhkan keberadaan subject specialist? Tulis di kolom komentar yak 🙂
Sampai jumpa di Part 2
Referensi
Meier, J. J. (2010). Solutions for the New Subject Specialist Librarian. Endnotes, 1(1), 1–10.
NIU, L. of. (n.d.). Subject Specialist Librarians and Subject Areas. https://www.niu.edu/university-libraries/about/subjectspecialistsdirectory.html
Rodwell, J. (2001). Dinosaur or dynamo? The future for the subject specialist reference librarian. New Library World, 102, 48–52. https://doi.org/10.1108/03074800110365499
Smith, D. A., & Oliva, V. T. (2010). Becoming a renaissance reference librarian in academe: Attitudes toward generalist and subject specific reference and related profession development. Reference Services Review, 38(1), 125–151. https://doi.org/10.1108/00907321011020770
Tim Riset Mitra KSI. (2020). Studi Diagnostik Hambatan Riset pada Perguruan Tinggi di Indonesia: Studi Kasus di Empat Universitas. https://www.ksi-indonesia.org
Membaca tulisan ini saya ngerasa kok bener juga ya, banyak mahasiswa yang tanya-tanya tentang buku-buku apa saja yang mereka butuhkan saat sedang membuat skripsi, tapi saya malah gak faham dan nyuruh tanya saja ke dosen pembimbing.
Saya gak pernah memikirkan ada di posisi mahasiswa tersebut, yang pasti kecewa karena saya sebagai pustakawan justru malah gak ngerti apapun tentang yang mereka butuhkan.
Terima kasih banget tulisan ini, jadi dapat terbuka wawasan baru saya. Ditunggu tulisan lanjutanya ya
Jujur saja sebagai pustakawan di salah satu campus, saya kalau lagi sepi pengunjung, bukanya baca buku-buku yang ada tapi malah buka medsos di HP hihi
Baca ini saya kesindir banget sih, tapi mau gimana lagi, susah buang kebiasan yang rata-rata teman pustakawan lain juga begitu.