Dunia Perpustakaan | Kesantunan merupakan tindakan yang dipakai dalam berbahasa. Sopan santun dalam berbahasa juga bisa disebut seperti tata krama dalam berbicara atau etika bahasa. Tindakan tersebut dalam bahasa merupakan sebuah perlakuan penghormatan kepada seseorang yang lebih tua dan sebaya. Hal tersebut bersifat manusiawi dan sikap saling menghargai satu sama lain sebagai makhluk yang berakal budi (Baryadi, 2005:71).
(Baca juga: Hasil Riset di AS, Prancis, Jerman: Malas Baca Banyak Bicara)
Di era sekarang ini kita dapat berbahasa dimana saja, terutama kita bisa berbahasa secara bebas di internet. Kita dapat mengakses berbagai platform media sosial di internet seperti facebook, instagram, tik tok, twitter dan berbagai macam sejenisnya. Sebagaimana yang telah kita ketahui, sekarang ini kita dapat mengunggah apapun yang kita mau di dalam media sosial, kita juga dapat mengunggah kegiatan sehari-hari kita dan juga dapat berbagi cerita dengan teman jauh kita dengan hitungan menit.
(Baca juga: Minat Baca Rendah, Tapi Cerewet Banget! Itulah Netizen Indonesia?)
Terlepas dari hal-hal tersebut, sekarang banyak orang menyalahgunakan media sosial dengan cara yang tidak pantas. Penggunaan media sosial dikalangan anak-anak muda memang sulit untuk dikendalikan dari segi bahasa maupun akses yang dijangkau. Banyak komentar yang dilontarkan secara bebas tanpa memperhatikan kesantunan berbahasanya (Laila Handayani, 2021). Hal itu dapat membuat banyak orang salah paham dengan komentar kita, misalnya kita berkomentar jelek pada satu postingan tetapi kita tidak yakin dengan apa yang sebenarnya terjadi.
Banyak hal yang harus kita takutkan terhadap kesantunan berbahasa kita, hal tersebut dapat menyebabkan sebuah perundungan di dalam media sosial hanya melalui sebuah kata-kata yang menyakitkan dan menyindir salah satu pihak atau lebih. Jika hal tersebut sampai terjadi maka patut diwaspadai akan membahayakan mental orang tersebut.
Kosa kata Baru
Semakin maraknya perkembangan bahasa semakin banyak pula ungkapan-ungkapan baru yang muncul seperti japri, gaje, mager, sokap, PHP dan masih banyak lagi. Untuk kalangan muda memang berbahasa seperti memanglah hal yang biasa mereka lakukan dengan teman sebaya mereka. Banyaknya muncul bahasa atau kosa kata baru memanglah sebuah kreativitas anak muda yang patut diapresiasi. Namun hal ini telah mempengaruhi bahasa mereka sehari-hari, khususnya dalam ranah pergaulan. Mereka akan bergaul dengan orang yang bahasanya sama gaulnya dengan mereka dan jika mereka berkomunikasi dengan orang yang tidak tahu bahasa mereka maka mereka akan menganggapnya sebagai orang jadul (Zein, D., & Wagiati, W, 2018).
(Baca juga: Kurangi Cerewet di Sosial Media, Perbanyaklah Baca Buku!)
Memang pada dasarnya sedikit banyak orang jadul tidak terlalu mengikuti perkembangan internet yang begitu pesat dan secara otomatis bahasa juga ikut berkembang sesuai dengan berjalannya waktu. Bahasa yang mereka ketahui hanya bahasa baku sederhana yang tidak terikat dengan kata-kata gaul sekarang. Sehingga jika kita berkomentar dengan bahasa-bahasa gaul maka banyak dari mereka akan bertanya-tanya tentang bahasa tersebut.
Kita dapat menghindari situasi yang tidak diinginkan jika kita memulai kesantunan berbahasa kita menggunakan etika berbahasa. Seperti halnya kita harus menggunakan bahasa yang sopan dan menghindari menyinggung siapapun saat mengomentari postingan atau konten lain di media sosial. Jika kita akan mengomentari sesuatu yang kurang cocok dengan pendapat kita maka harus ada kata maaf seperti “ mohon maaf sepertinya saya kurang setuju dengan pendapat yang anda berikan” .
DAFTAR PUSTAKA
- Baryadi, Praptomo. 2005. “Teori Sopan Santun Berbahasa”dalam Pranowo, dkk.(Eds.)Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya. Yogyakarta: Sanata Dharma University Press.
- Zein, D., & Wagiati, W. (2018). Bahasa gaul kaum muda sebagai kreativitas linguistis penuturnya pada media sosial di era teknologi komunikasi dan informasi. Jurnal Sosioteknologi, 17(2), 236-245.
- Laila Handayani (2021). Kesantunan Berbahasa dalam Menggunakan Sosial Media. Kompasiana