Dunia Perpustakaan | Melihat tingginya Budaya Baca di Jepang dan minat baca di Jepang, tentunya kita bertanya, Sejak Kapan Minat Baca Orang Jepang Sangat Tinggi?
Bagaimana Minat Baca di Jepang sangat Tinggi?
Untuk mengetahui lebih lengkap atas pertanyaan tersebut diatas, silahkan ikuti kisah yang ditulis oleh orang Indonesia yang tinggal di Jepang melalui blog pribadinya.
Melihat orang Jepang kemana-mana selalu membawa buku yang bersampul, baik itu di kereta, di bis, di taman memang bukan hal yang aneh lagi.
Cintanya mereka terhadap buku sudah tidak bisa dikatakan gemar lagi, tapi membaca buku sudah jadi budaya masyarakat Jepang.Saya pernah tanya kepada suami saya,
“kenapa sih orang Jepang suka membaca buku? Sejak kapan?”
Jawabannya sangat simple, sejak dulu!
[Baca juga: Mengintip dan Belajar Budaya Baca di Jepang]
Mereka terbiasa karena dibiasakan untuk membaca buku, tentu saja yang bisa `memaksa` mereka adalah SEKOLAH.
Saya jadi ingat pelajaran SD si sulung dengan mata pelajaran, Kokugo-Ondoku, yang artinya pelajaran Bahasa Jepang, membaca dengan bersuara.
Dari kelas satu sisulung selalu ada PR untuk membaca buku yang sudah ditetapkan dari halaman berapa sampai halaman berapa si sulung harus membaca dengan suara yang jelas dan kita orang tua wajib mendengarkan dan mengoreksi kalau ada kata-kata yang salah pengucapannya.
[Baca juga:10 Kebiasaan Orang Jepang yang Menjadikan Jepang Sangat Maju]
Dan itu setiap hari!
Sampai si sulung jadi hafal dan mengerti apa yang sedang diceritakan dalam buku bacaannya itu.
Selain tugas itu ada lagi, yaitu membaca buku yang ada di rumah, nah ini membuat kami orang tua harus meluangkan waktu juga untuk selalu meng –up to date- koleksi buku-buku di rumah.
Walau tugas baca buku koleksi di rumah ini tidak setiap hari dilakukan, tapi setidaknya cara itu bisa menyulut anak-anak untuk terus berakrab dengan yang namanya buku dan kegiatan membaca.
Kata suami pun, pelajaran dalam hal membaca buku ini sudah dari dulu, dalam arti waktu suami SD pun, sekitar hampir 40 tahun yang lalu, ia pun selalu dicecoki untuk membaca, membaca dan membaca oleh sekolah.
Dukungan sekolah untuk urusan baca membaca ini, adalah dengan melengkapi perpustakaan sekolah dan perpustakaan kota dengan buku-buku referensi baik itu buku-buku lama bahkan buku terbaru sehingga membuat semangat anak-anak di Jepang meminjamnya untuk dibawa pulang ke rumah.
Selain `dipaksa` dari sekolah, peran keluarga juga bisa dikatakan berpengaruh juga, saya dengar orang tua Jepang cukup strict kalau urusan ketekunan belajar.
Dalam keluarga suami, bisa terlihat gimana mereka menerapkan peraturan yang saya pikir bagus untuk diterapkan juga oleh anak-anak saya di rumah. Misalnya, sebelum sarapan orangtuanya mengharuskan anak-anaknya untuk membaca buku satu bab setiap harinya.
Walau terlihat males-malesan tapi ternyata lambat laun ketertarikan anak terhadap sesuatu hal bisa terbaca dengan jelas. Misalnya, ketika ke toko buka, kecenderungan anak untuk mojok di counter buku tentang apa, dsb. Jadi sejak dini orangtua sudah bisa mengarahkan potensi anak.
Dari kisah tersebut diatas kita jadi tahu bagaimana sekolah-sekolah di Jepang benar-benar mengajarkan siswanya untuk wajib membaca, memberikan PR untuk membaca buku, dan yang lainya.
Tidak hanya sekolah saja, Orang tua disana juga mengajarkan sekaligus memberikan contoh kepada anak-anak mereka untuk suka membaca dan membaca. Kebiasaan inilah yang diwariskan dari masa ke masa sehingga sekarang ini sudah menajdi budaya.
Bagaimana dengan di Indonesia? Orang tua dan anaknya kompak nonton sinetron hampir setiap malam?
Semoga saja itu tidak benar?
Bagaimana mungkin kita berharap negeri kita berubah jika PERILAKU kita masih SAMA?
Ada sebuah pepatah yang perlu kita renungkan dan harus diresapi untuk dijalankan,
“…. Jika kita ingin melihat KONDISI sebuah negara 10-50 tahun yang akan datang, maka LIHATLAH APA YANG DILAKUKAN WARGA NEGARANYA HARI INI!”
2 comments
Pingback: Perpustakaan Bawah Tanah untuk Petani di Jepang - Dunia Perpustakaan
Pingback: Perpustakaan untuk Petani di Jepang - Dunia Perpustakaan