Dunia Perpustakaan | Francis Bacon, dalam buku “ Pengantar Ilmu Perpustakaan” yang ditulis oleh Sulistyo Basuki , mengatakan bahwa “ Tenaga profesional” adalah tenaga yang telah menjual teknik intlektual dan isi intlektual khusus.
Berkaitan dengan itu, Soerjono Trimo, salah seorang ilmu perpustakaan mengungkapkan bahwa pustakawan merupakan salah satu pekerjaan profesional, karena memerlukan pemilikan ketrampilan (skill) pengetahuan (knowlarge), dan kemampuan (ability) yang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan secara formal, baik oleh pemerintah atau asosiasi profesi pustakwan
Pernyataan tersebut dipertegas oleh pendapat soekarman, bahwa selain ketiga unsur di atas, profesionalisme membutuhkan pula kedewasaan psikologis dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya, kedewasaan psikologis mengandung arti adanya kesiapan mental untuk melaksanakan tanggung jawab atas pekerjaannya, mengembangkan secara terus-menerus skill, knowlarge dan ability-nya bersikap terbuka (open minded), dan menjunjung tinggi semangat korp serta pada akhirnya berprilaku sesuai dengan kode etik yang ditetapkan oleh asosiasinya.
Perpustakaan perguruan tinggi maupun perpustakaan daerah, banyak berbenah, demi meningkatkan kualitas layanan kepada pemustakanya, akan meningkatkan pula kepuasan pemustaka.
Kepuasan pemustaka tidak akan pernah dicapai perpustakaan hanya dengan memiliki gedung yang luas dan nyaman dan koleksi yang lengkap, namun harus pula didukung oleh sumber daya manusia (pustakawan) yang kompeten dibidangnya. Dengan arti lain dibutuhkan profesionalisme pustakawan dalam memberikan layanan ilmiah kepada pemustaka.
Profesionalisme dan citra positif pustakawan
Untuk menjadi tenaga profesional seorang pustakawan perlu memiliki kompetensi, kepribadian , dan kecakapan, sebagai tenaga profesional pustakawan harus antusias atau bangga pada profesi, punya motivasi yang kuat untuk belajar dan terus memperbaiki diri, menyenangkan dan menarik dalam memberikan pelayanan, serta ramah dan menghargai pemustaka.
Dengan demikian pustakawan dituntut terus mengembangkan sikap-sikap profesional demi terwujudnya citra positif pustakawan. Dalam kepribadian yang kuat akan mampu memyikapi berbagai perubahan yang terjadi dimasyarakat. Sosok pustakawan yang memiliki ciri-ciri antara lain (Nurhayati, 2004)
- (a). Selalu tampil rapi, bersih, penuh percaya diri
- (b). Kreatif dan terus memperbaiki kualitas dirinya
- (c). Senang dengan pekerjaannya
- (d). Bangga apabila pekerjaan telah dilaksanakan dengan baik
- (e). Bersemangat mencari hal—hal yang baru (melalui inovasi)
- (f). Selalu meningkatkan kinerjanya dan memiliki dorongan untuk berprestasi.
Motivasi berprestasi yang tumbuh dari diri sendiri dapat membentuk jiwa kepemimpinan yang akan memunculkan pemimpin yang kuat dan mampu menetapkan target kinerja yang tinggi.
Pustakawan Sebagai Sebuah Profesi
Pustakawan merupakan pofesi. Secara umum syarat sebagai profesi adalah adanya pengetahuan dan ketrampilan khusus, pendidikan profesi, magang, kemandirian, kode etik, organisasi profesi, prilaku professional, standar profesi, budaya profesi, dan komunikasi profesi.
Pustakawan, arsiparis dan kurator museum merupakan profesional informasi yang tertua dan mapan, maka profesi informasi mencakup manajemen informasi, record manejemen dan dokumentasi. Pustakawan merupakan tenaga profesi dalam bidang layanan informasi ilmiah mengatur akses pemakai, secara bersyarat ke koleksi rekaman informasi.
Dalam praktek pustakawan merupakan manager dan mediator akses informasi ilmiah untuk kelompok pemakai. Informasi ilmiah yang disadiakan merupakan informasi public melalui lembaga kepustakawanan yang meliputi berbagai perpustakaan.
Seperti lazimnya menggunakan nama library seperti American Library Association (AS) Library Associaton (Inggris) Ikatan Pustakawan Indonesia (organisasi) Indonesian Library Associaton, bukannya Indonesian Librarians’ Association.
Tantangan Pustakawan
Dengan adanya berbagai profesi baru informasi ilmiah maka anggapan bahwa pustakawan penyedia tunggal informasi ilmiah tidaklah sahih lagi karena selama ini pustakawan merupakan konservator informasi ilmiah menjadi sedikit bergeser dengan munculnya berbagai profesi informasi ilmiah baru.
Tantangan yang dihadapi pustakawan adalah sebagai berikut :
- Mereka sama-sama menyediakan informasi ilmiah yaitu on-line specialist, information broker memanfaatkan jasa dan fasilitas perpustakaan justru bukan pustakawan,
- Media elektronik, Internet yang tidak harus datang keperpustakaan yang selama ini perpustakaan selalu menyediakan buku tercetak (fisik),
- Digitalisasi informasi ilmiah, memungkinkan infomasi terekam tidak harus dalam bentuk tercetak,
- Kekurangpercayaan diri pustakawan. Rasa kecil atau mungkin rendah diiri ini secara tidak langsung ditunjukan pada pustakawan yang dalam berbagai pertemuan nasional, regional, kepala pustakawan (top manager) yang menjadi dan di undang selalu nonpustakawan, bahkan selalu ada pembicara nonpustakawan setiap ada pertemuan, magang,
- Ketidakmampuan pustakawan, Perpustakaan merupakan badan bawahan sehingga di atas perpustakaan masih banyak lapisan administrasi yang menentukan nasib pustakawan. Para pengambil keputusan berkeja dengan informasi ilmiah namun tidak harus dengan pustakawan. Maka kedudukan pustakawan makin rentan,
- Perubahan paradigma, pustakawan masih dikatakan pengumpul, melestarikan manuskrif sebanyak banyaknya untuk dijajarkan pada rak.
Paradigma ini berubah menjadi pengolahan buku dalam arti luas kegiatan pengolahan menjadi tugas utama pustakawan, muncul berbagai peraturan katalogisasi atau pengkatalogan (menentukan tajuk subjek, klasifikasi, entry data).
Pustakawan tidak menyadari bahwa paradigma kini adalah jasa kepada pemakai atau perubahan paradigma ke akses (Battin, 1993), paradigm baru ini tidak sepenuhnya disadari pustakawan sehingga kegiatan perpustakaan dan juga kurikulum pendidikan tidak selalu berorientasi kepada pemakai.
Kendala Pustakawan
Di sisi lain pustakawan mengadapi kendala, diantaranya ialah :
- Keterbatasan dana dalam kegiatan diperpustakaan
- Tingkat pendidikan yang beraneka ragam, berpengaruh terhadap kegiatan pustakawan yang tanpak nyata dalam penerbitan, kegiatan ilmiah, kongres. Hal inipun dirasakan oleh banyak penulis kepustakawanan yang mengalami kesulitan bilamana harus berbicara di depan pustakawan.
- Kelemahan perekrutan yaitu siapa saja yang berpendidikan D2 bidang apa saja ditambah dengan pendidikan kepustakawanan selama 3 bulan dapat diangkat menjadi pustakawan fungsional, secara tidak langsung praktek semacam ini akan berarti bunuh diri karena begitu mudah untuk menjadi pustakawan, belum lagi alih jalur S1 nonpustakawan dan alih jalur S1 nonpustakawan ditambah D2 pustakawan untuk duduk di jenjang pustakawan ahli apa yang bisa dikerjakannya.
- Ketidaksiapan menghadapi digitalisasi perpustakaan, banyak pustakawan tidak siap menghadapinya pekerjaan yang sulit dan membutuhkan pemikiran dan tenaga yang kuat setiap waktu, sedangkan hak pustakawan baik angka kredit dan tunjangan fungsional pustakawan masih relatif kecil.
Peluang Perubahan Pustakawan sebagai Profesional Informasi Ilmiah
Dalam menghadapi tantangan dengan munculnya berbagai profesional informasi ilmah maka pustakawan harus mampu memberikan perubahan dalam bentuk panduan untuk profesional informasi ilamiah lainnya, kolaborasi, memprioritaskan keluwesan dan ketahanan menghadapi tujuan yang menantang, pemberdayaan dan memahami kemampuan sendiri.
Pustakawan sebagai profesional informasi ilmiah harus mampu mengambil peranan sebagai pemimpin, sebagai pelopor frontier pengetahuan baru, sebagai pandu fisik, prosedur dan intlektual terhadap sumber daya pengetahuan dalam berbagai format.
Jadi profesional pustakawan informasi ilmiah dapat dikatakan sebagai profesional informasi ilmiah bertindak selaku pandu dan pengikut, kedua-duanya tetap menyediakan panduan sesuai dengan peran masing-masing.
Meningkatkan professional pustakawan dalam layanan informasi ilmiah akan berberan penting dalam manajemen informasi karena pada masa mendatang berbagai profesional informasi ilmiah berkolaborasi dengan latar belakang berbagai sumber ilmu pengetahuan dalam berbagai format.
Profesional pustakawan berarti meniliki etos kerja dan keterikatan atau komitmen sesuai dengan bidang keahlian dan ketrampilan, antara lain untuk mengembangkan diri, untuk menggunakan hal-hal baru, bersikap eksiperimental dan inovatip, memberi pelayanan, standar kualifikasi dan prestasi, serta pengakuan.
Penutup
Peningkatan kinerja profesioanl pustakawan dalam pelayanan informasi ilmiah tidak jauh dari etos kerja, budaya kerja atau lebih tepatnya menciptakan nilai tambah atau nilai lebih ( value added).
Untuk mencapai atau mencari nilai tambah, tidak kalah pentingnya juga diperlukan adanya kebijakan kerja dalam rangka mau dan mampu berkolaborasi dengan instasi terkait dan/atau siapa saja yang mau berkerjasama dan saling menguntung.
Bibliografi
- Soedarsono,B. Kualitas sumber daya manusia perpustakaan dalam era internet Yogyakarta: UPT Perpustakaan, 1998.
- E. Koeswara. Dinamika informasi dalam era global Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1998.
Penulis: Eddy Herwanto.S.Sos [sumber: unja.unja.ac.id]