Tingkatkan Budaya Baca, SMP Ini Canangkan Program ‘Membaca Sunyi’.
Dunia Perpustakaan | Suasana pagi di SMP Yayasan Pupuk Kaltim Senin (26/9) lalu sedikit berbeda, soalnya, seluruh siswa-siswi yang totalnya mencapai 532 anak berkumpul di sebuah lapangan.
Bedanya kali ini mereka tidak ada yang berbicara dan tak ada suara sama sekali, melainkan sunyi. Seluruh siswa membentuk lingkaran-lingkaran per kelas, menunduk dan membaca buku, selama kurang lebih 30 menit.
Selama 30 menit diadakan membaca sunyi. Apakah itu? Wakil Kesiswaan Pak Sinto mengatakan, siswa-siswi mengikuti membaca sunyi sudah dicanangkan sejak tiga tahun lalu tuh. Nah, dikumpulin semuanya itu sekali dalam sebulan. Padahal setiap minggunya juga ada, tetapi per kelas saja.
“Aktivitas yang mendidik karakter anak agar gemar membaca. Literasi sudah kami canangkan tiga tahun ini, karena orang hebat saya lihat adalah orang yang kuat membaca. Misalnya Obama membacanya kuat. Soekarno juga demikian, menjadi hebat karena membaca kuat,” tutur dia.
Bapak satu ini meyakinkan sekali, pokoknya saat membaca hening tidak ada aktivitas apapun kecuali mendalami dan menyelami isi sebuah buku. Hehehe. Jadi kamu jangan curi-curi kesempatan noleh kiri-kanan melirik gebetan ya. Terus, enggak hanya membaca saja.
“Setelah 30 menit, dua sampai tiga orang nantinya menceritakan isi buku yang dibaca. Isinya apa, inspirasi yang diperoleh apa,” tambah wakasek satu ini pada Ekspresi Bontang Post, kemarin (26/9).
Literasi adalah program dari pemerintah yang harus dicanangkan di seluruh sekolah dari sabang hingga marauke Sob! Nah, SMP YPK menjalankannya dalam bentuk-bentuk berikut yang diterangkan Bapak Sinto. Budaya ini mengajak seluruh generasi muda gemar membaca. Ya memang penting, apalagi buku jendela dunia. Jangan membaca chatting gebetan aja makanya.
“Kalau hari Senin lainnya, pagi hari anak ada waktu sepuluh menit buat membaca. Nanti tiga atau empat bulan sekali ada lomba resensi buku, supaya kegiatan membaca menarik dan ada tantantannya,” pungkas dia.
FYI, buku-buku yang dibaca bukan buku pelajaran yang sifatnya wajib. Melainkan aneka buku lainnya, misalnya novel, biografi, auto biografi, majalah, komik, dan aneka karya sastra lain seperti puisi. “Kalau anak-anak di rumah enggak ada buku, bisa meminjam di perpustakaan. Pokoknya pilihan anak sendiri,” tutup dia.