Dunia Perpustakaan | Refleksi HUT Ikatan Pustakawan Indonesia | Tanggal 7 Juli memiliki arti yang sangat penting bagi dunia perpustakaan dan kepustakawanan Indonesia, karena pada tanggal tersebut terdapat dua peristiwa bersejarah. Tanggal 7 Juli diperingati sebagai Hari Pustakawan sekaligus hari jadi Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI). Hari Pustakawan dicanangkan pada 7 Juli 1990 sedangkan IPI lahir pada 7 Juli 1973.
Tanggal 7 Juli, yang pada tahun 2021 jatuh di hari rabu, menjadi momentum pentingnya profesi pustakawan dalam pengelolaan perpustakaan. Perpustakaan sebagai tempat pembelajaran sepanjang hayat merupakan pusat ilmu pengetahuan dan informasi. Oleh karena itu, pustakawan memiliki peran penting dalam proses transfer ilmu pengetahuan kepada pemustaka. Pustakawan terus bekerja dengan penuh pengabdian untuk mewujudkan Indonesia Maju, dengan pelayanan sepenuh hati kepada pemustaka. Pustakawan tetap berpijak pada upaya memperjuangkan literasi masyarakat Indonesia, baik di masa lalu, hari ini, maupun masa yang akan datang, dalam kondisi apapun menghadapi perkembangan zaman dan tren kehidupan yang berubah begitu cepatnya.
Kehadiran organisasi profesi pustakawan dan pembinaannya telah diakui oleh UU No. 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan. Jauh sebelum 7 Juli 1973 di Ciawi-Bogor. Dua Organisasi besar APADI (Asosiasi Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Indonesia) dan HPCI (Himpunan Pustakawan Khusus Indonesia) meleburkan diri menjadi Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) hingga sekarang dan setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Pustakawan. Terkhusus hari lahirnya Ikatan Pustakawan Indonesia.
Namun peringatan HUT IPI tidak semeriah dengan peringatan HUT organisasi profesi lainnya seperti PGRI atau IDI. Padahal peran dan fungsinya jauh lebih besar yakni sebagai jantung pendidikan, sebagai peletak dasar pembudayaan kegemaran membaca dan sebagai unsur utama dalam kehidupan yakni kemampuan membaca dan menulis (literasi). Tanpa jantung, tanpa dasar/ pondasi dan tanpa literasi apakah kita masih memandang remeh fungsi pustakawan dan perpustakaan.
Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) sekarang sudah berusia 48 tahun. Dari segi umur merupakan masa yang cukup kokoh, tangguh dan perkasa. Suatu periode yang mampu menghadapi perubahan tentunya. Tujuan organisasi ini sebagaimana tertuang dalam AD/ART-nya merupakan wadah bagi pustakawan untuk meningkatkan profesionalisme pustakawan Indonesia. mengembangkan ilmu perpustakaan dan informasi, mengabdikan dan mengamalkan tenaga dan keahlian pustakawan untuk bangsa dan Negara, dan memajukan dan memberikan perlindungan kepada anggota.
Dalam konteks kekinian, disamping pesatnya perkembangan teknologi informasi telah membawa dampak besar bagi dunia kepustakawanan. Dunia kepustakawanan sekarang ini sedang menghadapi era pandemi Covid 19. Di era ini dunia kepustakawanan dituntut untuk mempunyai kreativitas dan inovasi. Hadirnya era pandemi covid ini memberikan peluang bagi pustakawan dan perpustakaan untuk menciptakan hal-hal baru yang penuh kreativitas dan inovasi karena di era ini pengunjung perpustakaan ditiadakan secara fisik dan kalaupun ada di era new normal tapi dibatasi jumlah pengunjungnya. Disinilah dituntuk kreativitas dan pemberdayaan pustakawan secara positif, sehingga layanan tetap jalan walaupun dalam kondisi pandemi seperti sekarang ini.
Ada beberapa penelitian berkaitan dengan bagaimana eksistensi pustakawan di era pandemi covid 19 seperti sekarang ini. Arlan (2020) misalnya menyatakan bahwa pustakawan harus menyikapi perubahan akibat pandemi COVID-19 dengan sedikit memaksa untuk mengubah cara pandang pustakawan tentang interaksi dengan pemustaka dan layanan perpustakaan serta beradaptasi dan berinovasi menciptakan layanan perpustakaan dengan pendekatan berbeda. Dalam hal ini artinya pustakawan harus mengerahkan seluruh daya dan upaya agar perpustakaan tetap bisa melayani pemustaka.
Lebih lanjut Titik Kismiyati (2020) juga menyatakan bahwa ada beberapa hal yang harus diperhatikan mengenai prinsip layanan perpustakaan di masa pandemi, yaitu layanan perpustakaan tetap dibuka dengan memperhatikan kebijakan dan status wilayah Covid-19 yang telah ditetapkan pemerintah agar perpustakaan tidak menjadi klaster penularan baru, kesehatan tenaga perpustakaan dan pemustaka merupakan prioritas, perpustakaan ikut berperan menggerakkan perekonomian masyarakat, dan perpustakaan mengembangkan kerja sama dengan banyak pihak. Lebih lanjut ia kemudian menjelaskan bahwa terdapat tiga strategi yang dapat diterapkan oleh perpustakaan sesuai dengan kondisi wilayah suatu perpustakaan, yaitu tatap muka, non-tatap muka, dan virtual.
Perpustakaan yang berada di zona hijau dan kuning tetap dapat menerapkan layanan perpustakaan tatap muka, tetapi secara terbatas. Layanan secara terbatas ini diterapkan sesuai dengan protokol kesehatan yang berlaku, yaitu pengukuran suhu, penggunaan masker, penyediaan hand sanitizer/tempat cuci tangan dan sabun, pembatasan jarak, pengurangan kapasitas pemustaka, penyemprotan disinfektan, dan karantina koleksi perpustakaan setelah dikembalikan selama 3 (tiga) hari.
Strategi yang kedua dapat diterapkan pada perpustakaan di zona hijau dan kuning. Layanan yang disediakan terdiri dari layanan onsite -seperti pada strategi pertama- dan online. Dengan demikian, perpustakaan harus mengembangkan sumber daya perpustakaan yang mendukung layanan online, seperti dengan menyediakan koleksi digital, menciptakan inovasi penyampaian layanan perpustakaan secara online, dan menyediakan jaringan internet dan wifi.
Strategi yang ketiga, yaitu layanan virtual diterapkan di perpustakaan yang berada di zona oranye dan merah, di mana risiko penularan Covid-19 tinggi. Perpustakaan harus menggunakan media yang memungkinkan pemustaka memanfaatkan layanan perpustakaan tanpa harus datang ke perpustakaan, bekerja sama dengan perpustakaan lain karena tidak mungkin suatu perpustakaan memiliki semua koleksi yang dibutuhkan, serta lembaga lain dalam hal pengiriman koleksi. Oleh karena itu, perpustakaan selain meningkatkan kompetensi pustakawan, juga harus memperkuat layanan digital, yaitu dalam hal penyediaan koleksi, layanan sirkulasi, referensi, dan penyelenggaraan kegiatan secara online.
Kemudian Wulansari (2020) dan Suharti (2020) dalam penelitian mereka menyimpulkan bahwa di era pandemi ini perlu dilakukan penguatan terhadap layanan online access dan mengembangkan book delivery service yang bertujuan untuk memberikan kemudahan bagi pemustaka yang membutuhkan sumber informasi berupa buku cetak yang dimiliki perpustakaan dan tidak memiliki file digital. Peningkatan pemustaka dengan book delivery service ini memiliki trandline yang tinggi maka untuk lebih memudahkan pemustaka telah dikembangkan reservation book berbasis android.
Lebih lanjut Sukirno (2020) menyatakan bahwa bagi pustakawan agar dapat mendapat angka kredit yang dibutuhkan, maka pustakawan harus kreatif melakukan kegiatan pada unsur pengembangan profesi. Kegiatan unsur pengembang profesi dapat dilakukan pustakawan karena; (1) nilai angka kredit pada pengembangan profesi angkanya besar, (2) hampir semua butir-butir kegiatan dapat dilakukan oleh semua jenjang jabatan pustakawan, (3) kegiatan pengembangan profesi dapat dilakukan kapanpun tidak tergantung dengan buka layanan perpustakaan, (4) kegiatan pengembangan profesi dapat dikerjakan secara mandiri, dan (5) kegiatan pengembangan profesi dapat dikerjakan secara kolaborasi dengan pustakawan lain.
Peran Pustakawan di Era Covid-19
Wabah pandemi Covid-19 yang melanda sebagian besar negara telah merubah semua kebiasaan dan tatanan kehidupan di masyarakat termasuk Indonesia. Baik dalam bidang ekonomi, sosial, pendidikan maupun bidang yang lainnya. Untuk memutus rantai penularan, pemerintah Indonesia mengeluarkan aturan agar orang beraktivitas di rumah, pembatasan sosial skala besar maupun kecil. Dalam dunia pendidikan, hal ini mengakibatkan perubahan pada cara pembelajaran yang dilakukan secara online/daring. Perpustakaan sebagai unit penunjang dalam dunia pendidikan harus menyediakan sumber informasi elektronik bagi kebutuhan pemustaka yang beraktivitas dari rumah secara online. Selain itu, layanan perpustakaan yang semula dilakukan secara langsung, diubah menjadi layanan online untuk memperlancar dan memberikan kemudahan bagi pemustaka dan pustakawan. Pustakawan dituntut kreatifitasnya untuk menciptakan inovasi-inovasi baru dalam memberikan layanan online kepada pemustaka.
Di era pandemic seperti sekarang ini, ada beberapa peran yang bisa dimainkan oleh seorang pustakawan, dintaranya: a) Untuk meningkatkan kesadaran kesehatan masyarakat dengan menciptakan dan menyebarluaskan informasi yang berkaitan dengan tindakan pencegahan. Menyebarkan informasi tentang pentingnya Social Distancing, kemungkinan penerapan tindakan karantina, dan saran bagaimana cara untuk menghindari misinformasi atau informasi hoax yang berkembang di tengah masyarakat; b) Mendukung tim peneliti, peneliti dan lembaga induknya dengan memberikan informasi mengenai perkembangan terbaru, penelitian dan literatur; Pustakawan dapat mendukung staf suatu lembaga, akademisi, tim peneliti, dan para staf lembaga dengan memperhatikan perkembangan terbaru mengenai vaksinasi, kit diagnosis, dan studi relevan yang dipublikasikan di jurnal medis. Semua database terkenal menyediakan akses gratis ke artikel yang berkaitan dengan COVID19 (Coronavirus); c) Untuk memenuhi kebutuhan inti pengguna perpustakaan biasa.
Selamat Hari Pustakawan kepada seluruh pustakawan Indonesia! Selamat berkarya para pustakawan di manapun kamu berada, tetap semangat dalam upaya mencerdaskan bangsa. Semoga momentum hari ulang tahun Ikatan Pustakawan Indonesia yang ke 48 pada tahun ini yang jatuh pada tanggal 7 Juli 2021, pustakawan dapat lebih meningkatkan lagi peran dan eksistensinya di era global seperti sekarang ini. Pustakawan bukan lagi identik sebagai penjaga buku, tetapi lebih dari sekedar itu, pustakawan merupakan salah satu agen perubahan dalam dunia pendidikan. Pustakawan pun turut serta mencerdaskan kehidupan anak bangsa. Salam Literasi!!!
*) Penulis adalah Dosen Prodi Ilmu Perpustakaan dan Informasi Islam IAIN Curup, Pengurus Daerah IPI Propinsi Bengkulu 2020-2023. Alumni Universitas Indonesia. Pseserta Short Course DELSMA Kemenag ke Negara Jerman.