Dunia Perpustakaan | Masyarakat di Indonesia memiliki karakter yang berbeda-beda di setiap daerah begitu juga dengan karakter pelajar di sekolah. Dalam bidang budaya membaca seringkali media dalam mempublikasikan selalu di dominasi dengan pemberitaan yang menyatakan bahwa minat baca pelajar di Indonesia Rendah. Padahal secara fakta pasti ada (mungkin banyak) sekolah yang pelajarnya banyak yang suka membaca tapi hampir tidak pernah (sangat jarang) di publikasikan.
Berdasarkan pengalaman penulis yang sering berkunjung di beberapa sekolah dan mendengarkan curhatan dari pengelola perpustakaan sekolah melalui jejaring social menyatakan jika sebenarnya minat baca pelajar tinggi. Melalui tulisan ini penulis ingin berbagi tips bagaimana supaya minat baca siswa di sekolah meningkat.
#1. Manajemen yang Baik
Bicara terkait dengan budaya baca tidak lepas dengan adanya peran penting sebuah perpustakaan terlebih di lingkungan sekolah. Sebuah perpustakaan sekolah harus dikelola dengan baik. Dikatakan baik dari sisi manajemen tentunya bisa dimulai dari manajemen administrasinya, Job Desk antar pengelola perpustakaan, manajemen keuangan, manajemen dari sisi penataan rak buku, manajemen penataan buku, dan sejenisnya, termasuk dalam menyediakan koleksi buku harus yang disukai oleh para siswa, serta berbagai program yang menarik agar siswa betah dan menjadikan perpustakaan sekolah sebagai tempat terfavorit di sekolah.
Jika sebuah perpustakaan sudah dikelola dengan baik secara internal timnya, maka saat perpustakaan sekolah tersebut menghadapi berbagai kendala dan masalah, maka akan mudah untuk mencari solusi atas berbagai persoalan yang memang masih banyak dihadapi oleh pihak perpustakaan sekolah.
#2. Pelayanan Terbaik
Kita tentunya tahu dan faham bahwa LAYANAN menjadi garda terdepan dalam menciptakan sebuah branding atau “image” perpustakaan itu baik atau buruk. Tentunya manajemen perpustakaan sekolah sebaik apapun, tapi saat di pelayanan tidak didukung dengan layanan yang baik, maka citra dari perpustakaan sekolah tersebut akan dianggap kurang baik.
Jika perpustakaan sudah memiliki manajemen perpustakaan sekolah yang baik, lalu dilanjutkan dengan pelayanan yang baik, maka dua point ini akan bisa menopang dan mempengaruhi siswa untuk rajin dan betah di perpustakaan sekolah.
#3. Promosi
Jika anda belajar dari perusahaan produk-produk yang mendunia, anda akan tahu betapa faktor penentu laku tidaknya sebuah produk adalah ditentukan faktor promosi (iklan), Tentunya poin pertama dan kedua diatas (kwalitas) harus diutamakan. Jika poin pertama dan kedua (manajemen dan layanan yang baik) sudah terpenuhi, maka saat dilakukan promosi, siswa tidak akan merasa “tertipu” dengan promosi yang dilakukan pihak pengelola perpustakaan sekolah.
Cara untuk melakukan promosi ini bisa bekerjasama dengan pihak kepala sekolah bersama jajaranya. Akan lebih baik lagi jika Kepala Sekolah, Guru, dan staff sekolah menjadi orang pertama yang mengawali gerakan gemar membaca di sekolahnya dengan cara sering baca buku di perpustakaan sekolah. Bisa juga membuat baliho atau spanduk di sekitar sekolah yang berisi seruan rajin membaca misalnya “Kami Ingin Pintar makanya Kami Suka Membaca” , Ingin jadi Juara dan Berprestasi ? Rajinlah Membaca” begitu dan sejenisnya.
Cara lain bisa juga dengan cara kebijakan sekolah yang mewajibkan semua siswa pada seminggu sekali atau dua kali diwajibkan membaca sebuah buku diperpustakaan yang kemudian disuruh merangkum buku yang dipinjam serta menjelaskan apa point penting dari buku yang sudah mereka baca.
Jangan terlalu sering menyalahkan para siswa malas membaca jika para guru di sekolah sendiri tidak pernah memberikan contoh bahwa para guru juga gemar membaca.
Khusus terkait promosi ini, belajarlah dari “iklan rokok”. Sebagaimana kita tahu, rokok itu adalah produk yang berbahaya untuk tubuh, namun karena PROMOSI dan iklan rokok yang dilakukan terus menerus dengan visual yang bagus dan menarik, maka hingga detik ini rokok masih tetap laku dan diminati, padahal di setiap promosi mereka diwajibkan menyertakan bahaya rokok.
Sedangkan perpustakaan sekolah jika diibaratkan sebuah produk, maka perpustakaan sekolah tidak memiliki dampak buruk apapun kecuali berjuta kebaikan ada di perpustakaan sekolah, sehingga ini sewajibnya jadi pemicu untuk para pengelola perpustakaan agar semakin semangat, KREATIF, dan CERDAS dalam mempromosikan perpustakaan sekolah
#4. Penghargaan dan Hadiah
Setelah poin pertama, kedua, dan ketiga sudah dilakukan, langkah selanjutnya berikanlah hadiah untuk mereka yang rajin membaca. Caranya bisa dilakukan dengan kerjasama antara pihak perpustakaan dan kepala sekolah melalui kebijakan. Hadiah tersebut bisa diberikan misalnya untuk siswa paling sering meminjam buku di perpustakaan. Namun perlu dicatat bahwa pemberian hadiah ini juga harus dilihat bukan hanya pelajar yang hanya suka meminjam buku perpustakaan saja tapi harus dilihat prestasinya.
Ini penting supaya pelajar tidak hanya mengejar supaya dapat hadiah kemudian mereka hanya sering pinjam buku tapi tidak pernah membacanya. Jadi ada semacam ketentuan berlaku disini bahwa yang mendapatkan hadiah adalah mereka yang rajin meminjam buku yang kemudian diikuti dengan peningkatan prestasi setelah rajin membaca. Jenis hadiah sendiri bisa dalam bentuk pulsa (yang disukai pelajar), Uang saku, dan sejenisnya yang pasti disukai siswa.
#5. Program Menarik dan Kreatif
Setelah keempat poin diatas dilakukan, untuk membuat daya tarik para siswa agar rajin datang ke perpustakaan, buatlah program-program yang menarik di perpustakaan sekolah. Yang harus dicatat, jangan terfokus membuat program yang formal saja, tapi buatlah juga program yang bersifat hiburan, misalnya diselenggarakan nonton film bareng, pentas seni dan kreasi siswa, dan berbagai program menarik lain yang memang diminati para siswa.
UPDATE (4/8/2021)
Saat Pandemi covid-19 seperti sekarang ini, pihak sekolah melalui perpustakaan sekolah bisa mengadakan program pelatihan softskill yang diadakan secara virtual melalui zoom, google meet, dan yang lain yang penting tetap bisa berkontribusi supaya para siswa tetap mendapatkan informasi dan pengetahuan melalui layanan virtual tersebut.
Contoh lain misalnya karena dunia siswa rata-rata masih pelajar, yang kebiasaan mereka masih suka lihat content hiburan seperti main game, medsos (youtube, facebook, twitter, tiktok, dll), maka pihak sekolah melalui program perpustakaan sekolah bisa mengadakan edukasi agar siswa tidak hanya menjadi konsumen di media sosial tersebut tapi bisa diajarkan bagaimana mereka bisa mengatur waktu, membatasi, bahkan diarahkan untuk bisa menghasilkan uang dari memanfaatkan medsos tersebut.
Misalnya pengelola perpustakaan bisa memberikan banyak referensi agar siswa bisa belajar mencari uang dengan membuat content yang positif di youtube, tik-tok, instagram, dan sejenisnya karena dalam kondisi saat ini, tidak ada salahnya siswa diajari hal tersebut sehingga bisa membantu perekonomian keluarga mereka, minimal untuk diri mereka sendiri sebagai siswa bisa melatih mandiri dari sisi ekonomi.
Mungkin sebenarnya di setiap sekolah yang paling tahu terkait dengan kondisi di sekolah adalah diri anda sendiri dan ketiga tips ini merupakan hanya sebagian kecil tips yang diharapkan bisa membantu untuk meningkatkan minat baca pelajar di seluruh Indonesia.
Yang pasti, jangan terus salahkan pelajar bahwa minat baca mereka rendah tapi teruslah berfikir dan berfikir serta lakukan inovasi dan strategi bagaimana supaya minat baca pelajar di negeri ini meningkat
Semoga bermanfaat