Dunia Perpustakaan | Tingkat budaya baca masyarakat Indonesia secara umum masih rendah dan tertinggal dari banyak negara. Padahal, tradisi baca erat kaitannya dengan kualitas sumber daya manusia dan kualitas keadaban. Untuk itu, perlu upaya serius dan berkelanjutan untuk menstimulasi minat baca masyarakat, termasuk melalui pameran buku.
“Sebuah hasil survey menunjukan, bahwa dalam hal budaya dan minat baca, Indonesia masih menduduki rangking bawah dunia. Artinya, kita masih kurang gemar membaca. Terlebih di era teknologi informasi saat ini, anak-anak lebih senang berjejaring di media sosial ketimbang membaca buku,” kata Wabup H Soetadi SH MM, saat membuka kegiatan pameran buku Batang 2016 di Gedung Wanita, Kamis (28/7).
Padahal, membaca adalah membuka cakrawala dan buku adalah jendelanya dunia. Budaya baca karenanya sejalan dengan cita-cita pencerdasan bangsa. Kalau faktornya daya beli masyarakat terhadap buku yang rendah, ujar Wabup, maka pemerintah sebetulnya telah mengupayakan sarana dan prasarananya agar terjangkau masyarakat.
“Untuk mendongkrak minat baca masyarakat, perlu stimulus secara terus menerus. Apa yang dilakukan oleh perpustakaan daerah melalui layanan buku gratis, pendirian perpustakaan di 17 desa, hingga pameran buku ini adalah bagian dari upaya itu. Kegiatan pameran buku yang rutin digelar setiap tahunnya juga untuk membuktikan bahwa tidak selamanya buku itu mahal,” terangnya.
Kabid Pelayanan dan Masyarakat Barpusda Jateng, Anny Indrati SH, mengungkapkan, pameran buku menjadi ruang bagi bertemunya masyarakat pembaca, penerbit, dan perpustakaan. Pameran buku juga ajang apresiasi masyarakat terhadap perpustakaan. “Sebab, selama ini perpustakaan dikenal sebatas tempat meminjam buku,” ucapnya. Dikutip dari radarpekalongan.com, [29/07/16].
ilustrasi |
Pembukaan pameran sendiri dihadiri jajaran Forkompinda, perwakilan dinas/instansi, kades di 17 perpustakaan desa, dan perwakilan perpusda se esk Karesidenan Pekalongan, dan ratusan pelajar SD sampai SMA. Kepala Perpusda Batang, Ir Tri Haryadi Sudaryanto, mengatakan, pameran yang digelar selama seminggu, 28 Juli sampai 3 Agustus, itu diramaiakan penerbit dari berbagai daerah, mulai Jakarta, Bogor, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Semarang, Solo, dan lainnya.
“Ada 30 stan buku yang bisa memanjakan pengunjung dengan berbagai karya lama maupun baru. Panitia juga menyediakan 10 stan lain untuk kuliner dan sekaligus bengkel kriya pustaka,” ungkapnya.
Menurut Tri, pameran buku diharapkan meningkatkan komitmen instansinya dalam meningkatkan minat baca serta melengkapi koleksi buku perpustakaan sekolah, instansi dan pusat pelayanan umum.
Untuk menambah semarak, pihaknya juga menyiapkan berbagai acara pendukung, seperti bedah novel remaja karya putrid daerah, PLM perpusdes replika perpuseru, workshop menulis, talkshow dongeng, seminar kewirausahaan, serta berbagai lomba untuk pelajar. “Mudah-mudahan, pameran buku ini bisa ikut merangsang minat baca masyarakat, terutama generasi muda,” pungkasnya.