Dunia Perpustakaan | Bj Habibie | Anda apsti tahu kan siapa Baharuddin Jusuf (BJ) Habibie? Laki-laki berperawakan kecil ini adalah nama penting di balik berkembangnya industri pesawat terbang di Tanah Air. Selain itu, dedikasinya kepada bangsa ini sudah tidak perlu diragukan lagi dengan kiprahnya sebagai ilmuwan dan Menteri Riset dan Teknologi di beberapa periode pemerintahan.
Kariernya di pemerintahan mencapai puncaknya saat ia menjabat sebagai Presiden ketiga Indonesia menggantikan Presiden Soeharto pada 1998 yang lalu.
“Sejak kecil saya mempertanyakan adanya kesenjangan sosial yang terjadi di masyarakat Indonesia. Kenapa yang satu bisa makan? Sementara yang lainnya tidak bisa. Saya punya banyak pertanyaan di dalam kepala saya,” ungkapnya,dikutip dari fimela.com, [01/16].
Suami mendiang Ainun ini bercerita, sangat sulit mencari sumber informasi pada saat itu. Sumber informasi yang tersedia hanya buku dan guru. Buku-buku Indonesia tidak terlalu banyak memberikan informasi. Informasi yang dibutuhkan justru datang lebih banyak dari buku-buku berbahasa Inggris dan Belanda. Oleh karena itu, BJ Habibie mempelajari dua bahasa tersebut. Ia ingin mengetahui lebih banyak lagi soal dunia dan perkembangannya.
Seiring dengan semakin besarnya rasa ingin tahu BJ Habibie, ia pun mulai membaca buku-buku yang mengunakan bahasa lain, seperti bahasa Perancis dan Jerman. Baginya mempelajari bahasa sama saja dengan mempelajari dunia.
Habibie Kecil
Sejak kecil, BJ Habibie memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap banyak hal. Terutama mengenai segala sesuatu yang berbentuk konstruksi, misalnya jembatan, kapal laut dan kapal terbang. Untuk memenuhi rasa ingin tahunya, ia pun membaca banyak buku.
“Hal ini tentu saja berbeda dengan zaman sekarang di mana sudah banyak sumber informasi yang tersedia. Saya selalu ingin menceritakan pengalaman ini kepada generasi sekarang supaya mereka tidak ketinggalan. Saya bilang ke cucu saya supaya memanfaatkan sarana yang ada, seperti internet,” paparnya.
Kemudahan informasi di masa kini sangat memudahkan umat manusia. Informasi bisa didapat secara instan dan dalam waktu singkat. Hal ini seharusnya dimanfaatkan dengan baik oleh generasi muda. Nyaris tanpa perlu usaha berarti, anak muda sekarang bisa memenuhi rasa ingin tahu mereka dengan mudah.
“Semua manusia diberikan waktu yang sama yaitu 24 jam. Oleh karena itu, setiap manusia harus bisa memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Bermanfaat atau tidak waktu selama 24 jam sangat tergantung dengan apa yang dilakukan setiap orang,” tambahnya.
Dua pesan ini tentu menjadi hal penting yang harus dilaksanakan oleh para anak muda di luar sana, Fimelova. Tujuannya jelas, yaitu untuk mendapatkan masa depan yang lebih baik.