Dunia Perpustakaan | Perpustakaan Medayu Agung | Perpustakaan Medayu Agung termasuk dalam kelompok Perpustakaan Khusus. Walaupun kadang ada juga yang menyebut jika Perpustakaan Medayu Agung ini masuk kategori Perpustakaan Umum yang dikelola secara khusus.
Sebagaimana kami kutip dari berbagai sumber, Perpustakaan Medayu Agung merupakan perpustakaan yang dikelola langsung oleh pendirinya yaitu Oei Hiem Hwie atau lebih populer dipanggil Pak Wi.
Sebelum kita bicara soal perpustakaan Medayu Agung, ada baiknya pembaca perlu tahu bahwa pendiri dari Perpustakaan Medayu Agung ini punya sejarah hidup yang menarik untuk diketahui.
Hal ini juga nanti akan terkait dengan, kenapa Perpustakaan Medayu Agung ini dianggap sangat ISTIMEWA dan lain dari perpustakaan khusus yang lain karena memiliki sejarah panjang dari sisi perjuangan pemiliknya.
Nantinya, dengan anda tahu sejarah dan perjuangan dari si pemilik dan pendiri dari Perpustakaan Medayu Agung ini, anda tidak perlu heran, jika perpustakaan ini menjadi perpustakaan istimewa yang koleksinya dibaca dari berbagai daerah hingga luar negeri.
Bahkan karena begitu berharganya koleksi yang ada di perpustakaan Medayu Agung ini, sampai-sampai ada orang dari Australia yang siap membeli koleksi dari Perpustakaan Medayu Agung ini senilai 1 Miliar, namun ditolak oleh pemiliknya.
Profil Pendiri
Pak Wi saat muda bekerja sebagai seorang wartawan di harian Terompet Masjarakat. Saat menjadi wartawan, Pak Wi dikenal sangat mengagumi sosok Soekarno. Karena kekagumanya dengan Soekarno, Pak Wi dikenal sebagai wartawan yang sangat fokus meliput dan memberitakan semua hal sepak terjang Soekarno.
Pada tahun 1964, Pak Wi berkesempatan mendapatkan tugas untuk melakukan wawancara langsung dengan Presiden Soekarno di Istana Negara.
Ada cerita menarik saat Pak Wi meliput dan wawancara langsung dengan Soekarno di Istana negara.
Saat itu Soekarno yang dikenal sangat disiplin dan suka kerapian, termasuk saat bertemu dengan para wartawan, Soekarno memiliki aturan yang sangat tegas, dimana semua wartawan harus berpakaian rapi.
“Nah, saat itu saya tidak punya jam tangan, nampaknya Bung Karno mengamati itu, jadi setelah wawancara saya diberikan jam tangan oleh beliau,” cerita Pak Wi saat mengenang masa lalunya.
Namun dibalik cerita membahagiakan tersebut, kecintaan Pak Wi terhadap Soekarno jugalah yang “mengantarkan” Pak Wi masuk penjara Lowokwaru Malang dan akhirnya berstatu tapol (Tahanan Politik) tanpa salah yang jelas.
Tahun 1970, Pak Wi dipindahkan ke Nusa Kambangan dan setahun kemudian dipindahkan ke Pulau Buru.
Bertemu Pramoedya Ananta Toer
Dibalik penderitaanya selama di tahan, ada hal yang membahagiakan Pak Wi karena bertemu dengan sosok Pramoedya Ananta Toer.
Pertemuan Pak Wi dan Pramoedya Ananta Toer juga menarik dan secara tidak sengaja. Saat itu di mana ladang yang Pak Wi garap, ternyata lokasinya berada di belakang gubuk tempat Pramoedya Ananta Toer diisolasi.
Saat itu Pramoedya Ananta Toer harus menulis sesuai permintaan Dewan Penerangan Luar Negeri. Di sela-sela penulisan, Pramoedya Ananta Toer masih menyempatkan untuk menulis bukunya seperti ’Bumi Manusia’, ’Jejak Langkah’, ’Arus Balik’ dan lain-lain.
Pak Wi dan Pramoedya Ananta Toer saat bertemu usai dibebaskan dari tahanan 1980 |
Saat Pramoedya Ananta Toer akan bebas, Pak Wi dititipi naskah asli karya-karya Pramoedya Ananta Toer selama ditahan dan diisolasi di Pulau Buru. Untuk mengelabui pemeriksaan petugas, Naskah Pramoedya Ananta Toer oleh Pak Wi disimpan di tas baju kotor miliknya.
“Untungnya lolos pemeriksaan, kalau tidak saya mungkin sudah ditembak,” kenangnya.
Naskah tersebut selanjutnya coba dikembalikan Oie ke Jakarta saat Pramoedya Ananta Toer sudah bebas, tepatnya di Tahun 1980, namun Pramoedya Ananta Toer hanya memfotokopi dan mempersilahkan Oie menyimpan naskah aslinya.
Koleksi penting ini juga hingga kini dapat kita nikmati di Perpustakaan Medayu Agung Surabaya dan tersimpan dengan sangat rapi dan selalu terjaga.
Setelah bebas dari penjara, Pak Wi kemudian pindah ke Surabaya dan kemudian beberapa tahun kemudian mendirikan Perpustakaan bernama Perpustakaan Medayu Agung.
Nama Perpustakaan Medayu Agung sendiri diambil karena lokasi dari Perpustakaan Medayu Agung ini berlokasi di Jalan Medayu Selatan IV/42-44 tepatnya di kompleks perumahan Kosagrha daerah Rungkut, tak jauh dari kampus UPN Veteran Surabaya.
Perpustakaan yang berbentuk yayasan ini buka setiap hari Senin sampai Jumat, pukul 09:00 – 16:00.
Koleksi
Koleksi di Perpustakaan Medayu Agung ini rata-rata berisi buku-buku yang berkaitan dengan sejarah, buku-buku langka, kliping korang dan majalah kuno, hingga buku-buku politik.
Namun dari banyaknya koleksi disini, yang menjadi ikon dan ciri khas dari Perpustakaan Medayu Agung ini yaitu karena koleksinya yang berkaitan dengan Soekarno. Mulai dari buku, benda-benda milik Soekarno, hingga hadiah Soekarno dan koleksi berkaitan dengan penulis ternama Pramoedya Ananta Toer ada disini.
Koleksi dan naskah buku-buku Pram |
Begitu identiknya dengan Soekarno dan Penulis Pram, di Perpustakaan Medayu Agung sampai dibuatkan dua kamar khusus, yaitu 1 Kamar untuk Bung Karno, 1 Kamar lagi untuk Pram yang dilabeli dengan tulisan “Ruangan Buku Langka”.
Kamar tersebut bukan digunakan untuk menginap Soekarno atau Pram, tapi maksudnya di Perpustakaan Medayu Agung ini disediakan satu ruangan khusus untuk menyimpan koleksi yang berkaitan dengan Soekarno.
Sedangkan pada ruangan satunya yang lain dibuat untuk menyimpan koleksi semua hal yang berkaitan dengan Pramudya dan karyanya. Dalam ruangan khusus juga tersedia buku-buku yang menyangkut indo-cina di Indonesia.
Bahkan Pak Oie memiliki almari kaca khusus teks asli buku Pram dan almari kaca khusus buku – buku indo cina.
Tak hanya menyimpan koleksi buku dan benda-benda bersejarah terkait Soekarno dan Pram saja, di Perpustakaan Medayu Agung ini juga menyimpan koleksi buku-buku terkenal yang jumlahnya sangat terbatas di penjuru dunia, diantaranya Buku Mein Kampf edisi asli tulisan Adolf Hitler.
Selain itu ada juga buku Geschiedenis Van Nederladsch Indie tulisan Prof. Dr. Goder Molsbergen.
Di Perpustakaan Medayu Agung juga memiliki naskah asli Bumi Manusia, baik yang ditulis tangan atau diketik oleh novelis terkenal mendiang Pramoedya Ananta Toer ketika berada di penjara Pulau Buru.
Koleksi lain yang unik dari Perpustakaan Medayu Agung ini yaitu terkait dengan kliping koran.
Di Perpustakaan Medayu Agung ini ada banyak sekali kliping Koran. Saking banyaknya, perlu dua lantai penuh untuk menyimpan kliping-kliping koran tersebut.
Kliping-kliping koran tersebut mulai dari koran Kompas, Jawa Pos, Surya hingga Surabaya Post dan majalah Liberty, dikliping rutin oleh petugas Perpustakaan Medayu Agung. Penyimpanan buku dan koran juga sudah menggunakan Silica dan cengkeh yang berfungsi untuk membuat serangga dan jamur menjauh.
GRATIS
Untuk bisa membaca dan melihat koleksi-koleksi bersejarah dan langka di Perpustakaan Medayu Agung ini, pengunjung tidak dipungut biaya sama sekali alias GRATIS.
Namun bagi siapapun pengunjung yang ingin memberikan donasi untuk Perpustakaan Medayu Agung, pihak pengelola mempersilahkanya, yang nantinya dana tersebut akan digunakan untuk pemeliharaan buku-buku di Perpustakaan Medayu Agung.
One comment
Pingback: Perpustakaan Bersejarah ini Butuh Bantuan Mendesak