Dunia Perpustakaan | Sistem Pendidikan | Pada tahun 2016 yang lalu, tepatnya tanggal 26 September 2016, muncul sebuah video yang menghebohkan dan menggemparkan dunia pendidikan. Hal ini dikarenakan dalam video yang dibuat oleh Prince Ea ini berjudul “I JUST SUED THE SCHOOL SYSTEM”, yang intinya pria bernama asli Richard Williams ini ingin Menggugat Sistem Pendidikan.
Saat itu video ini langsung viral dan menimbulkan kontroversi. Saat ini video tersebut sudah ditonton lebih dari 10 juta penonton di YouTube.
Video ini juga kemudian sudah menyebar dan diberikan subtitle berbagai bahasa di penjuru dunia, termasuk di Indonesia.
Dalam tulisan ini kami mencoba untuk menuliskan terjemahan dari isi video tersebut, yang pada bagian bawah juga kami sertakan videonya.
Video ini dibuat seolah-olah di pengadilan dan Prince Ea berperan sebagai seorang penggugat sistem pendidikan, sedangkan tergugat diperankan dari sekolah.
Berikut ini rangkaian proses demi proses pengadilan tersebut,
——————————————————
Albert Einstein pernah mengatakan, bahwa semua orang itu jenius..
tapi jika menilai seekor ikan dari kemampuannya memanjat pohon
maka itu akan membuatnya merasa bodoh seumur hidupnya
Bapak ibu hakim/juri yang terhormat, persidangan hari ini dihadiri perwakilan dari sekolah modern, terima kasih anda bisa hadir.
Tidak hanya mereka yang menyuruh ikan memanjat pohon. Mereka juga mengajar mereka turun dari pohon, lalu berlari sejauh 10 mil.
Jawab saya: “Apakah anda bangga dengan yang anda lakukan itu?”
Mengubah jutaan orang jadi robot?
Apakah bagi anda itu menyenangkan?
Sadarkah anda, sudah berapa banyak anak seperti ikan tadi?
Berenang melawan arus di kelas untuk menjadi yang terbaik, tidak menemukan bakat mereka?
mereka pikir dirinya bodoh, percaya bahwa mereka tidak ada gunanya?
Sudah tiba waktunya dimana tidak ada lagi alasan!
Saya mengajak sekolah untuk berdiri dan menuntut mereka sebagai PEMBUNUH KREATIFITAS, mendorong inpidualisme, dan sebagai pelaku kejahatan intelektual.
Sekarang sekolah bekerja melebihi tugas dan perannya.
Hakim yang Mulia, itulah akhir dari pengantar saya.
Jika saya boleh menunjukan bukti dari kasus saya, maka saya akan MEMBUKTIKAN.
Hakim: Silahkan…
Bukti I:
Ini adalah telepon masa kini, dan ini telepon 150 tahun yang lalu. Sangat berbeda kan?
Ini Mobil masa kini, dan ini mobil 150 tahun lalu, Sangat berbeda kan?
Nah! ini kelas masa kini, dan seperti ini kelas 150 tahun lalu.
Sangat memalukan!
Ini artinya, selama lebih dari satu abad, TIDAK ADA YANG BERUBAH!
Dan anda mengklaim mempersiapkan siswa untuk masa depan?
Dengan bukti-bukti saya tadi, saya ingin bertanya,
Apakah anda mempersiapkan siswa untuk masa depan, atau masa lalu?
Saya menelusuri latar belakang anda dan menemukan bahwa,
Anda dibuat untuk melatih siswa bisa bekerja di pabrik,inilah alasan kenapa kalian mendudukan siswa dalam barisan teratur, tenang dan diam. Bilang: “Angkat tangan jika bicara”, beri waktu istirahat sejenak untuk makan, dan 8 jam selanjutnya mendikte cara berfikir memaksa mereka berkompetensi dapat nilai A.
Sebuah huruf yang menentukan kualitas produk, mirip dengan penentuan kualitas daging dagangan.
Oh saya faham, dulu berbeda dengan sekarang. Kita semua punya masa lalu.
Saya bukanlah Mahatma Gandhi, tapi saat ini kita tidak butuh robot zombie, dunia telah maju dan kita butuh orang yang mampu berfikir KREATIF, INOVATIF, KRITIS, MANDIRI, dan punya kemampuan untuk saling terhubung.
Setiap ilmuwan menjelaskan pada anda, bahwa tidak ada pemikiran yang sama, dan setiap orang tua dengan 2 anak akan setuju dengan pendapat ini.
Jadi! tolong anda jelaskan, mengapa memperlakukan semua siswa seperti cetakan pemotong kue atau topi ukuran pas, memberi banyolan: “Satu ukuran untuk SEMUA orang”.
Hakim: Jaga bahasamu!
Maaf yang mulia,
Jika seorang dokter membuat resep yang sama untuk semua pasiennya, hasilnya akan MENGENASKAN!
Banyak pasiennya akan bertambah parah.
Dikaitkan dengan sekolah, hal yang sama juga terjadi.
Inilah MALPRAKTEK PENDIDIKAN!
Ketika satu guru berdiri di depan 20 siswa yang masing-masing memiliki kelebihan yang berbeda, kebutuhan berbeda, bakat yang berbeda, cita-cita yang berbeda, dan anda mengajarkan mereka hal yang sama dengan cara yang sama?!
Itu MENGERIKAN!
Bapak Ibu, para terdakwa ini TIDAK BISA DIBIARKAN!
Hal ini bisa jadi tindakan kriminal terburuk yang pernah dilakukan, kecuali anda bisa menyebutkan cara memperlakukan pekerja anda.
Pengacara Terdakwa: Keberatan yang mulia!
Hakim: Keberatan DITOLAK!
Hakim: Silahkan lanjutkan…
Memalukan!
Maksud saya, Pendidik adalah pekerja terpenting di muka bumi tapi mereka DIGAJI RENDAH!
Tidak heran banyak siswa bersikap curang/tidak jujur.
Mari kita jujur, pendidik harus memiliki pendapatan yang sama dengan dokter, karena dokter bisa membedah jantung dan menyelamatkan jiwa anak. Tapi seorang pendidik hebat bisa menyentuh hati setiap anak dan membuatnya benar-benar hidup.
Pendidik adalah guru yang sering disalahkan, tapi sebenarnya bukan mereka. Masalahnya, mereka bekerja dalam sistem tanpa ada pilihan atau hak, kurikulum dibuat oleh pembuat kebijakan.
Kebanyakan dari mereka tidak pernah diajar selama mereka hidup, mereka terobsesi dengan ujian terstandar [Ujian Nasional].
Mereka pikir: Berfikir untuk menjawab pertanyaan “Multiple Choice” akan menjamin kesuksesan.
Ini DILUAR AKAL SEHAT!
Faktanya!
Model ujian ini terlalu sederhana untuk digunakan, dan sebaiknya ditinggalkan.
Tidak usah pedulikan kalimat saya, dengarkan Frederick J. Kelly. Dia yang menciptakan ujian terstandar ini dan saya mengutip dia: “Ujian ini terlalu sederhana digunakan, dan sebaiknya ditinggalkan!”.
Bapak ibu juri/hakim,
Jika kita membiarkan hal ini terus terjadi, hasilnya sangat MEMATIKAN!
Saya sudah tidak percaya pada sistem di sekolah, tapi saya masih punya harapan pada orang-orangnya.
Jika kita bisa memodifikasi layanan kesehatan, mobil, atau halaman facebook, maka tugas kita melakukan hal yang sama pada Pendidikan. Meningkatkanya, melakukan perubahan.
Buang jauh semangat sekolah yang tidak berguna, kecuali kita bekerja untuk mengoptimalkan semangat setiap siswa itu yang seharusnya menjadi pekerjaan kita.
Tidak ada lagi program Common Core. Sebagai gantinya, mari menyentuh setiap hati yang ada di setiap kelas.
Tentu Matematika penting, tapi tidak lebih penting dibanding Seni atau Menari. Berikan kesempatan yang sama bagi setiap bakat pada siswa.
Saya tahu ini terdengar seperti mimpi, tapi negara seperti Finlandia melakukan hal-hal yang luar biasa!
Waktu sekolah mereka lebih singkat, gaji guru tinggi, tidak ada PR. Siswa fokus pada BERKOLABORASI dibanding KOMPETISI.
Tapi hal yang menakjubkan adalah, sistem pendidikan mereka lebih maju dibanding negara lain di dunia.
Negara lain seperti Singapura telah mengalami kemajuan pesat. Sekolah seperti Montessori, program seperti Khan Academy.
Tidak ada solusi tunggal, tapi mari terus bergerak.
Siswa memang hanya 20% dari masyarakat kita, tapi mereka adalah 100% masa depan kita semua!
Jadi! mari kita dengarkan mimpi-mimpi mereka, dan tidak mengajarkan apa yang bisa kita capai.
Inilah dunia yang saya yakini, dunia dimana IKAN tidak lagi DIPAKSA UNTUK MEMANJAT POHON!
I Rest My Case!
VIDEO
—————————————————
Apakah anda setuju dengan Prince Ea atau tidak?
Silahkan berikan pendapat anda melalui kolom komentar dibawah..