Management and Technical Innovations In Library Services Program
Majalah : Visi Pustaka Edisi : Vol. 3 No. 1 – Juni 2001
Abstrak
Bekerjasama dengan National Library Board (NLB) dan Singapore Cooperation program (SCP) dan disponsori oleh Kementrian Luar Negeri (MFA) mengadakan Program Pendidikan dan Pelatihan Inovasi Manajemen dan Teknik Layanan Perpustakaan. Program pelatihan ini selama 6 hari, tanggal 26 – sampai dengan 31 Maret 2001.
I. LATAR BELAKANG
Program Pendidikan dan Pelatihan Inovasi Manajemen dan Teknik Layanan Perpustakaan disponsori oleh Kementerian Luar Negeri (MFA) di bawah Singapore Co-operation Program (SCP) bekerjasama dengan National Library Board (NLB) untuk para pustakawan kawasan ASEAN.
SCP dibentuk Pemerintah Singapore sebagai sarana berbagi pengalaman dengan negara berkembang lainnya dengan menyediakan bantuan teknis melalui pelatihan. Kunci keberhasilan program ini ialah terciptanya pemahaman kemitraan, kerjasama dan hubungan baik di antara negara-negara bertetangga di kawasan ASEAN.
NLB menjadi sekretariat CONSAL (The Congress of SouthEast Asian
Librarians) membuat inisiatif untuk mengadakan serangkaian seminar di bidang perpustakaan. Homepage CONSAL ada pada http://www.consal.org.sg/ (atau http://203.208.133.113/) yang bertujuan untuk sharing informasi, resources dan berinteraksi antara pustakawan professional tingkat Regional ASEAN.
NLB (National Library Board) adalah Perpustakaan Nasional Singapore dibentuk pada tanggal 1 September 1995, merupakan hasil dari rekomendasi yang disusun oleh sebuah komite. Komite Inti yang beranggotakan 21 orang dibentuk pada bulan Juni 1992 oleh Ministry of Information and The Arts (MITA) untuk membuat suatu rekomendasi rencana jangka panjang yang mungkin dapat dilakukan oleh perpustakaan dalam menghadapi tantangan masa depan. Yang menyimpulkan bahwa perpustakaan-perpustakaan di Singapore haruslah diposisikan sebagai bagian yang terintegrasi pada sistem pembangunan nasional yang mendukung negara Singapore sebagai negara yang belajar.
Misi dari NLB adalah “To expand the learning capacity of the nation so as to enhance national competitiveness and to promote a gracious society”. Dikarenakan negara Singapore memiliki sumber daya alami yang terbatas, sehingga mereka harus melakukan investasi pada sumber daya manusia. Di dalam rekomendasi ditekankan bahwa peranan perpustakaan harus bisa menciptakan suasana yang kondusif bagi warganya untuk belajar lebih cepat dan mengaplikasikan pengetahuan tersebut lebih baik dari negara lain dalam bersaing pada era ekonomi global dengan berbasis informasi dan pengetahuan.
Pemerintah Singapore menerima, mendukung rekomendasi dan membawanya ke parlemen untuk disetujui untuk diimplementasikan dalam program jangka panjang sampai 10 – 20 tahun. Ada tahapan pelaksanaan rekomendasi tersebut di http://www.lib.gov.sg/info/milestones/index.html
Komite tersebut merekomendasikan 6 strategi dan 3 kunci pembuka untuk menuju visi perpustakaan masa depan. Keenam rekomendasi tersebut adalah:
1. Sistem Perpustakaan Publik yang adaptif, meliputi sebagai berikut:
a. Konfigurasi perpustakaan yang berbeda ukuran ruangan, kapasitas dan membentuk perpustakaan yang memiliki koleksi spesifik/khusus;
b. Membentuk Perpustakaan Referensi Nasional sebagai pusat referensi yang didukung koleksi database yang terbaru dan lengkap;
Sistem perpustakaan publik terdiri dari regional, komunitas dan anak-anak (regional, community and children community library. Lihat http://www.lib.gov.sg/info/nlboverview/more.html#three dan Tabel 1 menerangkan tentang sistem perpustakaan.
2. Jaringan perpustakaan tanpa batas (borderless libraries) adalah sebagai berikut:
a. Layanan utama: katalog bersama nasional, indeks periodical nasional, basisdata bibliografi nasional (SILAS, the Singapore Integrated Library Automation Service), peta situs, melanggan dan membuat link ke penyedia informasi/ basisdata lokal dan luar negri, perpustakaan luar negri, agen penjual dan penerbit;
b. Layanan pendukung: layanan ke pengunjung perpustakaan, layanan ke pustakawan dan penyedia informasi, layanan lain-lain (dengan membuat fasilitas pembelian secara elektronik ke agen penjual dan penerbit);
c. Fungsi manajemen jaringan: untuk kembangkan, implementasikan, rawat, ajak perpustakaan lainnya untuk bergabung di jaringan.
3. Strategi koleksi yang dikoordinasikan secara nasional, adalah sebagai berikut:
a. Membentuk NLB untuk koordinasikan pengembangan koleksi secara nasional sehingga dapat menghemat banyak, karena duplikasi dapat ditekan;
b. Membuat gudang perpustakaan untuk legal deposit, clearing house, tempat pengadaan dan pengolahan buku secara terpadu.
4. Kualitas pelayanan melalui orientasi kebutuhan pemakai mengadopsi filosofi orientasi pasar dan pendekatan perpustakaan yang baru, fokus pada kebutuhan dari pengguna dan memberikan layanan berkualitas, menyusun dan menjalankan program-program untuk memperkenalkan perpustakaan berbagai tingkatan target, penyediaan pemaketan ulang informasi, analisis informasi dan lain-lain.
5. Hubungan Simbiotik dengan bisnis dan komunitas. Menjalin kerjasama dengan kalangan bisnis saling menguntungkan, misal perpustakaan berlangganan database yang dibutuhkan oleh kalangan bisnis yang barangkali pemakaiannya tidak intensif bila dilakukan oleh kalangan bisnis sendiri. Mengajak para tokoh bisnis dan tokoh masyarakat untuk bergabung di NLB. Mendorong tiap perpustakaan untuk mengembangkan karakteristik dan layanan lokal. Menyiapkan perpustakaan pada komplek pendidikan, pusat kebudayaan, komersil (mall) daripada hanya bangunan perpustakaan tersendiri.
6. Pengumpul Pengetahuan Global. Menyediakan koleksi berbagai bahasa (terutama bahasa Chinese, Malay Indonesia, Tamil, English), menyediakan akses kepada koleksi asli (indigenous collections, terutama seni/art), mengasimilasi dan menyemaikan pengetahuan regional tentang negara dan rakyatnya) melalui Perpustakaan Bisnis, IEAPE (The Institute of East Asian Political Economy), dan ISEAS (The Institute of Southeast Asian Studies). Memanfaatkan infrastruktur informasi nasional (Singapore-One) termasuk jaringan TV kabel untuk memposisikan Singapore sebagai pusat pengetahuan internasional.
Sedangkan 3 kunci pembukanya adalah sebagai berikut.
1. Sumber daya manusia
a. Pustakawan Masa Depan (new age librarians). Menyiapkan dan mengembangkan pustakawan yang mampu beradaptasi pada teknologi baru dan melakukan tugas-tugas yang khusus dan berorientasi kepada budaya melayani pengguna jasa perpustakaan (Lihat tabel 2 dan tabel 3).
b. Pelatihan dan Riset. Menyelaraskan kurikulum pendidikan pustakawan dan teknologi informasi pada Nanyang Technological University (NTU) dan Temasek Polytechnic untuk memenuhi persyaratan pustakawan masa depan. Melakukan pelatihan dan riset untuk meningkatkan kemampuan pustakawan.
c. Menarik dan mempertahankan pustakawan yang handal. Menyelenggarakan program kepedulian jangka panjang untuk meningkatkan dan mengkomunikasikan citra dan peranan pustakawan. Memberikan beasiswa dan insentif bagi staff yang mendukung Proyek Perpustakaan 2000. Memberikan rekomendasi remunerasi yang kompetitif bagi pustakawan. Mempertimbangkan dan membuat jenjang karir manajerial bagi pustakawan. Melakukan evaluasi pekerjaan dan mendefinisikan peranan dan tanggung jawab pustakawan dan pendukung (seperti orang-orang teknikal).
2. Teknologi.
a. Menerapkan otomasi perpustakaan di semua perpustakaan.
b. Melakukan proses rancang ulang logika bisnis perpustakaan untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas layanan dengan menggunakan kemampuan teknologi.
c. Memperkenalkan kemajuan-kemajuan teknologi untuk menyediakan layanan yang lebih efektif, menarik dan ramah-pengguna (user friendly)
d. Menyiapkan IT Demonstration Centres untuk menyebarluaskan dan mendemokan aplikasi-aplikasi Teknologi Informasi yang akan memberikan dampak ada perpustakaan, pelayanan informasi dan kemampuan teknologi informasi pada staff.
3. Kepemimpinan pada Organisasi
a. Merekomendasikan untuk memben-tuk dan memberikan mandat baru pada badan perpustakaan (new library board) untuk mengimplementasikan proyek Library 2000.
b. Anggota team inti dari Library Board harus ditunjuk dan bertanggung jawab pada Menteri Informasi dan Seni (MITA, Ministry of Information and The Arts).
II. PESERTA
Pelatihan diikuti oleh 20 orang peserta. Seorang peserta dari Pustaka Negeri Serawak, Malaysia. 4 orang dari Indonesia, terdiri dari 2 orang dari Perpustakaan Nasional RI, dari LIPI dan Universitas Bina Nusantara, Jakarta masing-masing seorang. 2 orang dari Perpustakaan Nasional Vietnam, 2 orang dari Cambodia, 2 orang dari Laos, 1 orang dari Myanmar, 2 orang dari Philippines, 2 orang dari Thailand dan 2 peserta lokal dari NLB, Singapore sendiri.
III. KEGIATAN
a. Hari Pertama, Minggu, 25 Maret 2001
Berempat dari Indonesia, Joko Santoso dan Teguh Purwanto dari Perpustakaan Nasional RI, Suryadiputra Liawatimena, Sekretaris Jenderal FPPTI dari Universitas Bina Nusantara dan Budi Suharto dari LIPI bertolak dari Soekarno-Hatta Airport, Jakarta pada Minggu, 25 Maret 2001 pukul 12.30, dengan penerbangan SQ 155. Tiba di Changi Airport, Singapore pukul 15.00 setempat. Di Arrival Hall sudah dijemput Mr. William Yeo dan Ms. Vimalam Marimutu, Liaison Officer dari Technical Cooperation Directorate, Singapore Cooperation Program, Ministry of Foreign Affairs Singapore. MFA (e-mail: mfatcd@cs.gov.sg). Berempat kami langsung di bawa ke Copthorne Harbour View Hotel, 81 Anson Road, Singapore 079908. Akomodasi berkelas hotel berbintang tersebut menempatkan kami satu orang dalam satu kamar. Registrasi, seminar kit dan briefing singkat langsung diberikan sebelum check in.
Sore hari memanfaatkan waktu luang, kami berempat berjalan kaki sekitar hotel melihat betapa bersih, disiplin dan tertibnya Singapore. Kendati negara ini terhitung kecil namun penataan ruang tata kota patut diacungi jempol, serasi, hijau dan manusiawi.
b. Hari Kedua, Senin, 26 Maret 2001
Dijemput dari hotel pukul 08.15 untuk mengikuti upacara pembukaan di kantor Kementerian Luar Negeri Singapore (MFA), 250 North Bridge Road, #60-00 Raffles City Tower, Singapore, hingga pukul 10.30. Acara berlanjut di Marine Parade Community Library di Hammett Room, 278 Marine Parade, #01-12, Marine Parade Community Center. Mr. R. Ramachandran, Director NLB, dalam sesi pertama menyampaikan topik Sistem Perpustakaan di Singapore. Dalam paparannya tercakup perihal perpustakaan umum, sekolah dan perguruan tinggi. Disampaikannya pula ihwal administrasi, koleksi, sistem managemen dan layanan. Dalam diskusinya dengan peserta dibahas pula tantangan ke depan peranan perpustakaan di milenium baru.
Di Marine Parade Community Library tersedia eLearning, sebuah cara yang amat inovatif dan efektif pelatihan keahlian melalui Web. Semua kursus dalam eLearning diperkaya dengan instruksi-instruksi berharga dalam bentuk multimedia dan simulasi interaktif dan terdapat ujian pra dan paska pelatihan dalam bentuk praktek agar peserta benar-benar dapat mendapatkan keahlian. E-Learning memfokuskan diri pada IT training dan Soft Skills yang terbagi dalam Professional Expertise Library dan Business Expertise Library. Peminat mengikuti kursus ini dengan membayar dengan CashCard S$ 0.03/menit. Hal ini dapat dilihat pada http://www.lib.gov.sg/ atau kirim e-mail: ref@nlb.gov.sg.
Tempat ketiga yang kami kunjungi di hari itu ialah Nanyang Girl’s High School Library, 2 Linden Drive, sebelum mengunjungi Nanyang Technological University (NTU) Library, Yunnan Garden Campus, Nanyang Avenue. Di sekolah khusus putri ini tersedia school network. Dalam hal ini dimungkinkan pembelajaran jarak jauh. Siswa dapat mengerjakan tugas-tugas dari sekolah di rumah dan mengirimkannya melalui e-mail kepada guru bidang studi yang bersangkutan. Katalog perpustakaan dapat diakses secara online. Uniknya siswa diberikan penugasan untuk membuat content summary dari buku-buku terbaru, yang kelak akan dimasukkan dalam data base di perpustakaan.
Lain Nanyang Girls High Scool Library lain pula di Di NTU Library. Di universitas terkemuka di Singapore ini tersedia 400 unit PC untuk sejumlah 700 mahasiswa. Semua komputer yang tersedia di berbagai terminal di kampus, laboratorium, perpustakaan dan hostel tersebut terhubung dalam LAN dan internet, 150 unit di antaranya terdapat di perpustakaan. Semua komputer memiliki teknologi terbaru dengan layar monitor LCD flat. NTU memiliki 60 staf dan 23 profesional. Perpustakaan NTU menerbitkan berkala, NTU bulletin, terbit 4 kali setahun. Ihwal perpustakaan dapat disimak di http://www.ntu.edu.sg/library. Buletin dapat disimak pada http://www.ntu.edu.sg/library/pub/bulletin.htm.
Malam harinya setelah peserta diajak menikmati pesiaran belanja di Mustafa Center, diundang pada jamuan makan malam di Kinara, 57 Boat Quay, sebuah restoran India di pinggir Singapore Rivers yang terkenal dengan mascot Merlion-nya. Di kejauhan nampak Istana Raffles, pusat pemerintahan Singapura.
c. Hari ketiga, Selasa, 27 Maret 2001
Diawali dengan kunjungan ke Toa Payoh Community Library, One Learning Place di 6 Toa Payoh Central. Program hari itu Library Services: Instructional Programme. Peserta diberikan pembekalan dasar internet dan menjelajah situs-situs penting dan bermanfaat di Singapore. Pembekalan berlangsung hingga jam makan siang. Diantara site tersebut ialah http://s-one.net.sg/. Sejatinya One Learning Place adalah sebuah kelas diklat internet di Singapore yang berdiri sejak 1999. kapasitas kelas ini ialah 120 peserta dengan masing-masing 120 komputer terakses ke internet broadline, video conferencing, pen input, active speaker, microphone, CD Drive dan server. Kelas ini diorganisasikan oleh IDA dan NLB. Mereka memiliki sponsor dari Siemens, SingTel, Wrag’x dan Co-sponsor 3M, ADC dan Creative. Kelas-kelas yang tersedia ialah; internet s-one, basic web-design, macromedia suite, frontpage 2000, internet project skills, SOHO@work dan lain-lain.
Masih di Toa Payoh Community Library, namun di Multipurpose Room, sesi berlanjut ke Information Literacy Programme. Dipandu oleh Mr. Rajendra Munoo dan Ms. Gee Miaw Miin dibantu beberapa staf NLB, dipaparkan topik mengenai penguasaan keahlian bidang TI dan tingkat kebutuhan pengguna. Tercakup dalam sesi ini diskusi tentang Singapore’s Information Literacy Programme sejalan dengan misi Perpustakaan Nasional untuk mendukung masyarakat belajar, sebelum seluruh peserta diberi kesempatan untuk berdiskusi dan berbagi pengalaman, sekaligus membahas kemungkinan bekerjasama dengan NLB/ILP dalam hal ini. Di tempat ini pula dibangun sistem dari nexis.com, eLearning dan netLibrary.
Hari ketiga diakhiri dengan kunjungan ke Libraryt@Orchard sekaligus mengikuti peluncuran IT@Orchard yang menampilkan pakar internet Mr. Leong Mun Kew, Chief Technology Officer, BIGontheNet (http://www.bigonthenet.com/). Tampilan yang cerdas sekaligus menggelitik ini melontarkan topik “1.500 Search Engine on the web! Which One’s Right for Me? Ia membuka sesinya dengan pernyataan”… satu hal utama tentang internet ialah bahwa ada begitu banyak tersedia informasi cuma-cuma, tetapi brengseknya ialah bahwa kita harus menghabiskan begitu banyak waktu untuk mencari informasi yang betul-betul kita perlukan itu.” Dipaparkan tentang proses pencarian, khususnya dalam konteks pencarian informasi untuk pemecahan masalah, bagaimana dan mengapa sebuah mesin pencari dan sumberdaya pencari berbeda satu sama lain, dan bagaimana memetik yang terbaik darinya. Sesi ini sekaligus membantu merumuskan sebenarnya apa yang kita inginkan dengan internet.
d. Hari Keempat, Rabu, 28 Maret 2001
Diawali dengan sesi tentang Library Service in the New Millenium. Bertempat di Library Supply Center, 3 Changi South Street 2, Tower B, 3rd Storey. Diulas dalam sesi ini digitalisasi perpustakaan dan tantangannya, diakhiri dengan diskusi dengan para peserta. Dalam kesempatan ini peserta diajak berkeliling sambil berimbal wacana dengan konsultan Information Logistics dari Information Logistics PTE. LTD. (e-mail: consulting@infolog.com.sg).
Berikutnya giliran National Reference, 91 Stamford Road, National Library yang dikunjungi. Dalam sesi ini disampaikan topik Layanan Perpustakaan di Milenium baru. Sesi disampaikan oleh Ms. Yee Wai Fun. Disusul kemudian dengan ulasan tentang Layanan Perpustakaan mengacu pada penglaman NLB.
Sesi ini membahas layanan referensi di perpustakaan umum, perguruan tinggi dan khusus. Keunggulan kompetitif yang dimiliki NLB dalam hal ini adalah layanan referens secara jarak jauh, melalui media telekomunikasi seperti telepon dan faksimili juga melalui internet. Sesi ini dibawakan oleh Ms. Rokiah Mentol dan Ms. Michele wee. Terakhir di National Reference Library diberikan pemaparan soal pengemasan layanan informasi. Ms. Eunice Low menandaskan bahwa dalam pengemasan layanan informasi ada suatu pemberian nilai lebih. Hal ini perlu didesain secara serius agar dapat mempertemukan kebutuhan pelanggan informasi melalui beragam produk dan layanan khusus. Maka tidak aneh jika di sini tersedia layanan kapasitas ekskutif atau layanan VIP dengan memakai ruangan didesain secara khusus dan layanan secara khusus pula dengan pembayaran S$ 5/jam.
e. Hari Kelima, Kamis, 29 Maret 2001
Pagi itu mengawali rangkaian hari kelima adalah Network Operation Center, 7 Kaki Bukit Crescent #03-61, Kaki Bukit Technology Park 1. sesi pertama dibahas mengenai Penerapan Teknologi Perpustakaan di Perpustakaan yang mencakup berbagai pendekatan untuk penerapan teknologi perpustakaan, Electronic Library Management Systems (ELIMS) dan Colour Coding. Dalam diskusi dibahas penerapan teknologi di berbagai perpustakaan. NLB berbagi pengalaman tentang bagaimana IT telah digunakan secara meluas di perpustakaan dalam tugasnya untuk mempertemukan kebutuhan pengguna dan tuntutan milenium baru. Presenter dalam sesi ini ialah Mr. Lau Kei Cheong, DIDISN.
Setelah rehat sesi beralih ke hal Library Bibliographic Networks. Dalm sesi ini didemonstrasikan VISTA dan SILAS. Sebuah sistem manajemen perpustakaan elektronik pangkalan data bibliografis nasional yang telah diintrodusir sebagai layanan informasi elektronis yang sangat user-friendly untuk pengguna perpustakaan. Dalam lab peserta diberi kesempatan untuk mencoba program ini dalam pencarian katalog, pengentrian, updating data base membuat crystal report dan lain-lain. Pemandu sesi ini Mr. Leong Sek Choon dan Mr. Philip Hider. Peserta merasa sangat dibantu oleh Ms. Julie Sabaratnam, pasalnya ia menyampaikan sesi Summary of the 4-days Exchange yang berisi ringkasan 4 hari semasa program dilaksanakan dan tukar pengalaman yang telah didapat selama itu.
Hari kelima ini terhitung istimewa karena diakhiri dengan kunjungan wisata ke Sentosa Island. Di sana kami bergembira naik cable car, melihat museum Singapore, melihat patung Merlion raksasa, melancong ke Sea World, dan menyaksikan pertunjukan Music Fountain dengan suguhan musik dan sinar laser yang spektakuler.
f. Hari Keenam, Jumat 30 Maret 2001
Bukit Merah Community Library, 1779 Jalan Bukit Merah adalah tempat kunjungan kami di hari keenam. Hari itu sesi bertajuk Library Services: Delivery of Quality Library Services. Dalam soal penyampaian layanan prima pada service point diperlukan suatu penajaman visi dan misi perpustakaan. Hal ini penting karena menyangkut inisiatif perpustakaan untuk menyediakan layanan prima kepada angggotanya atau masyarakat. Sesi disampaikan oleh Ms. Janice Lau.
Sesi kemudian berlanjut ke ASEAN Information Network. Peserta diajak untuk sign up ke http://www.consal.org.sg/ dan menjelajah isinya dipandu oleh Johnson Paul. Setelah makan siang peserta diminta memformulasikan action plan kemudian mendiskusikan dan mempresentasikannya. Sei Bukit Merah Community Library ini pula keseluruhan program berakhir. Malamnya bertempat di Goodwood House di kawasan East Coast diadakan farewell dinner dan pemberian sertifikat kepada seluruh peserta. Pada kesempatan ini peserta diberikan kesempatan untuk mengungkapkan pesan dan kesan selama program berlangsung.
g. Hari Ketujuh, Sabtu, 31 Maret 2001
Dijemput dari hotel oleh Mr. William Yeo Liaison Officer dari MFA pukul 08.00 kami ke Changi airport, untuk terbang kembali ke tanah air dengan SG 154 pukul 10.00. Kami betul-betul menikmati kunjungan bermanfaat dan diklat selama seminggu di Singapore tersebut. Tiba di Arrival Hall Soekarno-Hatta, Jakarta waktu menunjukkan pukul 10.30 WIB.
Tabel 1. Sistem 3 jenis Perpustakaan
————————————
Jumlah Regional : 5
Komunitas: 18
Anak-anak: 100
Ukuran Regional : 8.000 -10.000 m2
Komunitas: 2.000 – 3.000 m2
Anak-anak: 200 – 500 m2
Koleksi Regional :
– 400.000 eksemplar
– Banyak Media
– Banyak koleksi umum dan referensi
– Koleksi khusus untuk beberapa area
Komunitas:
100.000 – 200.000 eksemplar
– Banyak Media
– Banyak koleksi populer dan umum
– Sedikit Koleksi referensi
Anak-anak:
– 10.000 – 15.000 eks
– Sedikit koleksi populer dan umum
– Koleksi yang dibutuhkan oleh masyarakat sekitar
Pelayanan
Regional : Peminjaman buku, jurnal, pandang-dengar & software;Pelayanan informasi; Pameran & program pendidikan; Beragam aktifitas dan program promosi untuk group target berbeda
Komunitas: Peminjaman buku, jurnal, pandang-dengar; Program untuk tingkatkan kebiasaan membaca, promosi penggunaan sumberdaya dan pelayanan perpustakaan.
Anak-anak: Peminjaman buku; Fokus pada program promosi untuk tingkatkan kebiasaan baca khususnya anak-anak.
Layanan dasar
Untuk semuanya: Akses remote, pelayanan pengiriman & pengembalian, peminjaman antar perpustakaan.
Target Regional: Masyarakat umum dan bisnis
Komunitas: Penduduk di sekitar pusat kota (townships)Anak-anak: Anak-anak.
Akses Regional: Kereta api & Bus (15 menit) Komunitas: Bus (10 menit) Anak-anak: Jalan kaki (10 menit).
Manajemen Untuk semuanya: Manajemen otonomi dengan keterlibatan komunitas dan/atau bisnis
Agen
Regional : Pemerintah
Komunitas: Pemerintah
Anak-anak: Organisasi komunitas
Tabel 2. Pergeseran paradigma Perpustakaan dan Pustakawan
———————————————————
Dari Menjadi
– Penjaga buku – Penyedia Informasi yang berorientasi layanan
– Satu media – Banyak media
– Koleksi sendiri – Perpustakaan tanpa tembok (inter library loan)
– Orang ke perpustakaan – Perpustakaan mendatangi Orang
– Hanya waktu luang – Tepat waktunya (Just In Time)
– In Sourcing – Out Sourcing
– Jangkauan Lokal – Jangkauan Global
Tabel 3. Keahlian dan output yang hendak di capai
————————————————-
Keahlian dan pengetahuan yang diusulkan untuk dapat dikuasasi oleh para
pustakawan:
* Pengetahuan menjadi Spesialis Subjek
* Relasi Publik
* Keahlian Index Lanjutan
* Pengetahuan ekstensif untuk sumber-sumber informasi
* Keahlian Penemuan kembali informasi dan Pencarian
* Metode Riset
* Keahlian analisa dan menulis
* Pengetahuan sistem berbasis Teknologi Informasi
* Pelayanan pelanggan
Bila pustakawan memiliki bekal di atas maka diharapkan pustakawan
dapat berperan sebagai:
Pencari informasi
* Online
* Media baru (cdrom, internet, dll)
Pelayan Informasi yang bernilai tambah
* Analisis Informasi
* Kemas Ulang Informasi
* Pengiriman Informasi
Pemelihara basisdata:
* Pengembangan isi basisdata – Mengenali informasi penting yang harus
dikumpulkan
* Pengindekan dan membuat abstrak untuk memudahkan pencarian
Pelaku teknologi informasi:
* Penemuan kembali informasi dengan berbagai alat pencarian
* Dokumentasi
* Trend reports